Seorang dokter yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) atau dokter residen anestesi di RSUP Dr Sardjito berinisial EN jadi korban pemukulan oleh anak pasien.
Dokter residen itu berjenis kelamin laki-laki. Sementara pelaku adalah seorang perempuan.
Manajer Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Banu Hermawan menjelaskan, saat itu UGD RSUP Dr Sardjito menerima pasien dalam kondisi kritis pada Jumat (22/8), rujukan dari Rumah Sakit Soerojo, Magelang, Jawa Tengah.
Saat datang, pasien sudah menderita pendarahan lambung. Pasien diinformasikan sudah sempat henti jantung di rumah sakit sebelumnya.
Tujuan rujukan salah satunya adalah tindakan endoskopi melihat kondisi organ dalam. Prosedur di Sardjito harus memperbaiki kondisinya dahulu tidak bisa langsung endoskopi. Fase kritikal harus ditangani dahulu.
"Malam itu, ternyata kondisinya makin buruk. Kita sudah berupaya maksimal sesuai dengan prosedur di bawah pengawasan dokter anestesi yang ketat ternyata beliau tidak bisa tertolong dan meninggal (pada Sabtu pagi)," kata Banu ditemui di RSUP Dr Sardjito, Senin (25/8).
Saat itu dokter PPDS ada dua, selain EN ada satu dokter PPDS perempuan. Tapi yang mengalami kekerasan hanya EN saja.
"Dia yang terkena kontak fisik tersebut," katanya.
EN mendapatkan pukulan tetapi dia bisa menangkis dengan lengannya. Usai kejadian EN pun sempat visum.
"Memang dipukul, begitu. Kemudian karena yang mukul cewek dia sendiri mau jatuh. Nah residen kami sempat memegangi supaya dia (pelaku) nggak jatuh," katanya.
Sempat Ngaku Keluarga Dirut Sardjito
Pelaku yang oleh Sardjito tak disebutkan namanya ini mengaku dalam kondisi emosional karena kematian orang tuanya. Saat pemukulan itu pelaku sempat menyebut dirinya keluarga Direktur Utama RSUP Dr Sardjito.
"Ini perlu kami luruskan keluarga pasien yang mengaku keluarga dirut, itu bukan keluarga dirut," jelasnya.
"Dia juga bukan dari tempat (asal) ibu direktur kami," katanya.
Banu mengatakan nama Dirut RSUP Dr Sardjito dicatut saat peristiwa itu.
"Ketika saat emosional itulah salah satu keluarga menyatakan kami keluarganya Bu Direktur. Saat emosional itu. Sehingga muncul lah informasi ini keluarganya Bu Direktur," katanya.
Dalam kabar yang beredar di media sosial, pelaku disebut merupakan dokter. Banu mengatakan, pelaku bukan tenaga kesehatan.
Yang merupakan dokter adalah adik pelaku yang berinisial H. Dokter tersebut juga tidak bertugas di RSUP Dr Sardjito.