REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Merek perawatan tubuh yang lahir di Bandar Lampung, Rintik Skincare, kini mulai mencuri perhatian konsumen di luar negeri, salah satunya dari Kuala Lumpur, Malaysia. Sebuah brand lokal kembali membuktikan bahwa kualitas adalah paspor terbaik untuk menembus pasar global. Ironisnya, pencapaian ini diraih di tengah maraknya persaingan tidak sehat dan serangan black campaign yang kerap menimpa mereka di pasar domestik.
Kisah Rintik Skincare menjadi potret inspiratif tentang bagaimana fokus pada persaingan sehat dan kualitas produk mampu mengubah tantangan menjadi peluang emas di panggung internasional.
Bukan rahasia lagi jika industri kecantikan lokal dipenuhi persaingan ketat. Sayangnya, tidak semua pemain memilih jalur yang sehat. Rintik Skincare menjadi salah satu brand yang kerap menjadi sasaran kampanye hitam dari kompetitor. Namun, alih-alih terpancing dalam drama saling serang, mereka memilih untuk tetap diam dan fokus pada jalur yang lebih konstruktif.
Pendiri Rintik Skincare, Andy Wijaya, memandang fenomena ini dengan tenang. "Kami sadar betul apa yang terjadi di luar sana. Tapi kami mengambil keputusan sadar untuk tidak mengalokasikan energi kami ke sana. Menanggapi serangan hanya akan membuang waktu yang seharusnya bisa kami gunakan untuk riset dan pengembangan," ujarnya. Menurutnya, cara terbaik untuk melawan narasi negatif adalah dengan bukti nyata berupa produk yang berkualitas dan bermanfaat.
Strategi 'Customer Centric' Rintik Skincare diimbangi dengan kerja keras di balik layar. Mereka secara konsisten mendedikasikan sumber daya untuk menciptakan produk yang menjadi solusi nyata bagi konsumen. Produk-produk seperti Stretch Mark Oil dan No Bump Lotion lahir dari riset mendalam terhadap masalah kulit yang sering dialami namun kerap terabaikan.
"Prinsip kami sederhana; ciptakan produk yang benar-benar bisa memberikan manfaat untuk banyak orang. Apakah itu untuk ibu hamil yang khawatir dengan stretch mark atau mereka yang berjuang dengan chicken skin," jelas Andy.
Komitmen inilah yang melahirkan produk-produk yang tidak hanya efektif, tetapi juga aman digunakan, bahkan untuk kulit sensitif sekalipun. "Kami percaya, produk yang bagus akan menemukan jalannya sendiri. Kualitas adalah strategi pemasaran terbaik kami," katanya.
Kualitas produk Rintik Skincare tidak hanya berbicara di pasar lokal, tetapi gaungnya terdengar hingga ke negara tetangga. Permintaan dan pertanyaan dari konsumen di Kuala Lumpur mulai berdatangan secara organik, didorong oleh ulasan positif yang menyebar di media sosial dan dari mulut ke mulut.
"Jujur, kami gembira sekaligus bangga. Fakta bahwa ada permintaan dari luar negeri tanpa kami melakukan promosi besar-besaran di sana adalah apresiasi bagi kami," ungkap Andy. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen di era digital sangat cerdas. Mereka tidak lagi mudah terpengaruh oleh kampanye hitam, melainkan lebih percaya pada ulasan jujur dan hasil nyata.
"Ini membuktikan bahwa saat kita fokus memberikan yang terbaik, pasar akan merespons secara positif, bahkan melintasi batas negara," katanya.
Kisah Rintik Skincare menggarisbawahi sebuah pesan penting bahwa di tengah persaingan yang ganas, integritas dan fokus pada nilai adalah kunci pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan menolak terlibat dalam persaingan tidak sehat dan memilih untuk membuktikan diri melalui kualitas, Rintik Skincare tidak hanya berhasil mempertahankan reputasinya, tetapi juga membukakan pintu menuju pasar yang lebih luas.
"Kami ingin menjadi contoh bahwa brand lokal bisa bersaing secara sehat dan tetap tumbuh. Kesuksesan tidak harus diraih dengan mengorbankan etika. Justru sebaliknya, etika dan kualitas itulah yang akan membawa kita melangkah lebih jauh," ujar Andy optimistis.