
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memastikan keterlibatan negaranya dalam menyerang Iran akan ditentukan dalam dua pekan.
Spekulasi perihal keterlibatan AS menyeruak beberapa waktu terakhir. Selain memastikan akan menjawab spekulasi tersebut, Trump menekankan akhir konflik Iran-Israel bisa diakhiri lewat dialog.
"Berdasarkan fakta bahwa ada peluang besar negosiasi yang mungkin atau mungkin tidak terjadi dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan melakukannya dalam dua minggu ke depan atau tidak," kata Trump seperti dikutip dari AFP, Jumat (20/6) .
Pernyataan Trump dibacakan juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt. Dia kemudian menekankan dalam tenggat waktu dua pekan ini Iran berpotensi memproduksi senjata nuklir.

Dugaan Iran memiliki senjata nuklir adalah dalih yang dipakai Israel untuk menyerang Negeri Para Mullah sejak pekan lalu.
“Iran memiliki semua yang dibutuhkan untuk mencapai senjata nuklir. Yang mereka butuhkan hanyalah keputusan dari pemimpin tertinggi untuk melakukan itu, dan akan memakan waktu beberapa minggu untuk menyelesaikan produksi senjata itu," kata Leavitt.
Iran Bantah Produksi Senjata Nuklir
Iran sendiri berulang kali membantah memproduksi senjata nuklir. Mereka dalam berbagai pernyataan resmi menegaskan pengembangan nuklir di negaranya untuk tujuan damai bukan pembuatan senjata.
Adapun International Atomic Energy Agency (IAEA) yang merupakan badan pengawas nuklir global menyebut tidak ada bukti Iran sedang membangun senjata nuklir.

Namun, pernyataan IAEA dinilai terlambat karena disampaikan setelah Israel menyerang Iran dan menewaskan ratusan orang. Apalagi sebelumnya IAEA membuat laporan yang bias sehingga membuat sekutu Israel membuat resolusi yang menuduh Iran tidak patuh soal program nuklir.
"Anda mengaburkan kebenaran ini dalam laporan anda yang benar-benar bias yang [diinstrumentalisasi] oleh E3/AS [Prancis, Jerman, Inggris, dan AS] untuk menyusun resolusi dengan tuduhan tidak berdasar tentang 'ketidakpatuhan'," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, dalam pernyataannya lewat X.