
Sebanyak 13.336 anak di Sulawesi Utara pada tahun 2024 masuk pada kategori Zero Dose atau anak-anak yang belum lengkap atau bahkan belum menerima imunisasi.
Data dari Kementerian Kesehatan ini memperlihatkan terjadinya lonjakan anak kategori Zero Dose dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya ada di kisaran 2.000-an saja.
Kota Manado sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Utara, menjadi salah satu daerah dengan capaian imunisasi lengkap yang alami penurunan.
Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Manado, terjadi penurunan jumlah capaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di tahun 2024 yang hanya mencapai 79,6 persen, di bandingkan dengan tahun 2023 yang bisa mencapai 92,2 persen.
Pada laporan Global Health Strategies, kendala terbesar pada capaian imunisasi ada dua faktor utama. Pertama adalah informasi terbatas, di mana masyarakat tidak memiliki pemahaman yang cukup atau bahkan tak tahu tentang imunisasi. Ada 55,21 persen responden yang menyebut alasan ini.
Faktor kedua adalah kekhawatiran tentang pengalaman sebelumnya, di mana anak setelah mendapatkan imunisasi alami demam yang biasa disebut sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Ada 30,90 persen responden yang mengutarakan alasan ini.
Direktur Imunisasi Kemenkes RI, dr. Prima Yosephine, menjelaskan jika cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat membentuk kekebalan kelompok atau Herd Immunity dan melindungi kelompok masyarakat yang rentan.
Menurutnya, setiap orang yang mendapatkan imunisasi akan membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu. Imunisasi sendiri adalah salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling berhasil dalam menurunkan kesakitan dan kematian bayi anak akibat penyakit menular.
"Saat ini imunisasi mencegah kematian 2-3 juta anak setiap tahunnya akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi atau PD3I," ujar dr Prima.
"Saya Kira Itu Tak Penting": Ketidaktahuan yang Menjadi Ancaman Kesehatan

Sambil menggendong anaknya yang berusia hampir dua tahun, Yati, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam kompleks pasar Bersehati Manado, mengaku jika seluruh anaknya tak pernah dia bawa untuk imunisasi. Baik itu di Puskesmas ataupun di kegiatan Posyandu.
Yati, wanita yang belum berusia lebih dari 40 tahun ini, telah memiliki empat orang anak. Yang tertua kini berusia 12 tahun, lalu umur delapan tahun, empat tahun dan yang paling bungsu baru mau berumur dua tahun.
"Ia, sejak anak pertama tidak pernah kasih imunisasi. Itu yang disuntik to? Ia tidak pernah," kata Yati saat dijumpai di bawah jembatan Soekarno.
Menurut Yati, tak hanya anak-anaknya saja yang tak diimunisasi, anak dari adik ipar serta beberapa orang lainnya yang keseharian hidup mereka di pasar Bersehati, juga tak mendapatkan imunisasi.
"Nda hanya kita (saya), keponakan dan anak-anak lain di pasar (bersehati), juga nda imunisasi," tutur Yati.
Yati mengaku jika dia tahu imunisasi itu adalah suntikan yang dikasih ke anak bayi, yang setelah itu akan timbul sakit. Namun, guna dari imunisasi itu tak diketahuinya untuk apa. Untuk itu, karena mengaku tak terlalu paham dengan kegunaan imunisasi, dia mengatakan jika tak membawa anaknya untuk imunisasi.
Saat diberi tahu jika imunisasi akan menciptakan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu dengan tujuan mengurangi risiko terinfeksi penyakit, Yati mengaku kurang paham dengan itu. Dia menyebut jika selama ini anaknya cenderung sehat walaupun tak diberi imunisasi.
"Ya kalau sakit paling hanya flu atau demam begitu," kata Yati.
Dijelaskan Yati, dia memang tidak paham dengan persoalan baik atau tidaknya imunisasi. Apalagi menurutnya, tak ada orang yang memberikan penjelasan tentang imunisasi tersebut, sehingga merasa jika itu tak wajib untuk anak-anaknya.
Apalagi ditambah dengan kesibukannya di pasar, dia mengaku sering lupa dan cenderung lalai untuk datang ke Puskesmas atau ke kegiatan Posyandu untuk memeriksakan atau untuk mengikuti jadwal imunisasi untuk anak-anaknya.
"Ya kasihan, torang (kami) di sini kerja. Jadi tak ada waktu juga," ujarnya.

Namun demikian, dia mengaku jika ada kunjungan dari Puskesmas di pasar tempatnya tinggal, lalu diwajibkan untuk anaknya diberikan imunisasi, maka dia akan membawa anaknya agar mendapatkan imunisasi tersebut.
"Kalau ada yang datang ke pasar (bersehati) untuk kasih imunisasi, torang (kami) mo hadir," ujarnya lagi.
Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Manado, dr Steaven Dandel, menyebut jika secara garis besar, pemahaman masyarakat tentang imunisasi sudah baik. Buktinya, capaian imunisasi di Kota Manado awalnya selalu berada di atas 90 persen.
Menurutnya, di setiap Puskesmas maupun pelaksanaan Posyandu, selalu dilakukan penyuluhan terkait dengan pentingnya imunisasi, serta apa yang bisa terjadi (KIPI) setelah dilakukan imunisasi.
"Pelaksanaan imunisasi ini sudah lama sekali dilakukan. Sebagai dokter saya sudah terlibat sejak 2005. Capaiannya itu selalu di atas 90 persen. Jadi secara garis besar, saya pikir pemahaman masyarakat tentang imunisasi itu sudah baik," ujar Steaven.
Namun demikian, Steaven mengaku jika setelah COVID-19, memang ada penurunan capaian imunisasi. Ini disebabkan oleh banyaknya cerita tentang KIPI yang muncul saat pelaksanaan vaksinasi COVID-19, ikut mempengaruhi keputusan orang tua terkait pemberian imunisasi.
Hal ini dikatakan Steaven sangat berpengaruh pada pemahaman warga. Seperti ketika pihaknya menggelar Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Menurutnya, banyak orang tua yang kemudian tidak memberikan izin anak mereka untuk mendapatkan imunisasi atau disuntik vaksin di sekolah.
"Di semua sekolah pasti ada orang tua yang menolak anak mereka divaksin. Dan itu terjadi tak hanya di sekolah Islam tapi di sekolah umum," ujar Steaven.
"Di sini kami sadar, bahwa kami harus memberi pesan kembali tentang imunisasi ini sehingga masyarakat yang awalnya terpapar cerita waktu COVID-19, bisa kembali aware tentang imunisasi ini," kata Steaven lagi.
Kendala yang Dihadapi Hingga Terjadi Penurunan Cakupan Imunisasi di Kota Manado

Pemerintah Kota Manado tak menampik penurunan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL). Dari data yang ada, penurunan terjadi pada tahun 2024, di mana dari 6.706 bayi sasaran imunisasi (SI), yang menerima imunisasi hanya sebanyak 5.338 bayi atau persentase 79,6 persen.
Angka persentase yang diraih pada tahun 2024 ini turun cukup tinggi karena pada tahun 2023, cakupan imunisasi dasar lengkap mencapai 92,2 persen. Di tahun 2024 sendiri ada 5.923 bayi baru lahir, dengan target sasaran imunisasi (SI) sebanyak 6.706 dan jumlah Bayi di Bawah dua tahun (Baduta) sebanyak 6.295 anak.
Di tahun 2024 ini, dari 16 Puskesmas yang tersebar di Kota Manado, ada tiga di antaranya yang capaiannya berada di bawah 60 persen. Ketiganya adalah Puskesmas Tongkaina sebesar 53,9 persen (103 anak IDL), Puskesmas Bengkol 57,2 persen (143 anak), dan Puskesmas Wawonasa 56,4 persen (189 anak).
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi pada Dinas Kesehatan Kota Manado, Fanny Barends S.Psi, mengungkapkan jika turunnya cakupan imunisasi di tahun 2024 dikarenakan adanya beberapa wilayah yang masih rendah kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi.
"Kendala terbesar justru adalah ketakutan orang tua yang tidak beralasan serta adanya hoaks mengenai...