
Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat angka kemiskinan di wilayah DIY mengalami penurunan pada Maret 2025 dibandingkan September 2024. Jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 425,82 ribu orang, atau setara 10,23 persen dari total populasi.
Statistisi Utama BPS DIY, Sentot Bangun Widoyono, menyampaikan angka tersebut menurun 0,17 persen atau sebanyak 4.700 jiwa dibandingkan dengan kondisi pada September 2024 yang angka kemiskinannya mencapai 10,40 persen.
“Dibandingkan dengan kondisi September 2024 berkurang 4,7 ribu orang,” kata Sentot dalam konferensi pers rilis data kemiskinan di Kantor BPS DIY, Jumat (25/7).
Sentot menjelaskan, distribusi penduduk miskin berbeda antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Persentase penduduk miskin di perkotaan tercatat sebesar 10,16 persen, sementara di daerah pedesaan mencapai 10,46 persen.

Meski secara persentase wilayah pedesaan masih mencatat angka kemiskinan yang lebih tinggi, tren penurunan justru terjadi di pedesaan. Sementara itu, angka kemiskinan di wilayah perkotaan mengalami sedikit kenaikan.
“Kemiskinan pada Maret 2025 di wilayah perkotaan naik sebesar 0,05 persen, sedangkan wilayah pedesaan turun sebesar 0,85 persen poin,” jelas Sentot.
Dengan pergerakan tersebut, kesenjangan antara angka kemiskinan di desa dan kota semakin menyempit.
“Persentase penduduk miskin masih lebih tinggi di daerah pedesaan dibanding di perkotaan, namun demikian gap antara persentase penduduk miskin desa dan kota semakin dekat,” ujarnya.
Sentot menambahkan, data kemiskinan ini dihimpun melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) edisi Maret 2025. Namun, proses pengumpulan data dilakukan lebih awal pada bulan Februari karena bertepatan dengan bulan Ramadan yang dapat memengaruhi pola konsumsi masyarakat.