Proyek gas alam cair (liquified natural gas/LNG) Blok Abadi Masela resmi memasuki tahapan Front-End Engineering Design (FEED).
Menurut Kementerian ESDM, tahapan FEED menentukan kebutuhan desain, peralatan, dan jadwal agar proyek nanti bisa dibangun dengan efisien.
Tahapan ini ditargetkan rampung dalam 3 bulan atau pada akhir tahun 2025. Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, mengatakan proyek ini diharapkan menjadi salah satu pilar ketahanan energi serta motor penggerak pembangunan nasional dan daerah.
Untuk itu, pemerintah menaruh harapan besar agar proyek ini berjalan sesuai dengan jadwal.
"Saya ingin menekankan pentingnya percepatan pelaksanaan proyek ini melalui dukungan fleksibilitas dalam peraturan pengadaan serta dukungan percepatan perizinan terkait serta tepat waktu untuk berbagai fase FEED dan EPC," jelasnya saat Peresemian Fase FEED Proyek LNG Abadi, Kamis (28/8).
Yuliot menjelaskan, percepatan proyek ini bisa ditunjang dengan penyediaan fasilitas yang dikombinasikan dari dalam negeri dan luar negeri. Selain itu, seluruh proses perizinan juga dilakukan secara tertintegrasi.
Dia meminta agar seluruh perizinan dalam pelaksanaan proyek ini bisa dilaksanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pada saat proyek ini mulai berjalan, seluruh perizinannya sudah bisa diselesaikan.
Berlokasi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, proyek ini akan mengolah gas alam dari Lapangan Abadi untuk memproduksi sekitar 9,5 juta metrik ton per annum (MTPA) LNG per tahun, 150 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas pipa, dan 35.000 barel kondensat per hari.
"Gas bumi ini diharapkan dapat berkontribusi untuk mengurangi ketergantungan impor sekaligus meningkatkan daya saing industri di dalam negeri," tutur Yuliot.
Yuliot menyebutkan proyek raksasa dengan nilai investasi USD 20.94 miliar ini ditargetkan dapat menyerap sekitar 12.611 tenaga kerja pada fase pengembangan dan sekitar 850 tenaga kerja pada fase operasi.
"Proyek ini harus mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat lokal, membuka kesempatan kerja, memberdayakan pengusaha daerah agar ikut menjadi bagian dari rantai pasok industri yang sangat besar ini," katanya.
Sementara itu, Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, mengatakan Proyek Strategis Nasional (PSN) ini memiliki cadangan gas kurang lebih sekitar 18,54 triliun kaki kubik (TCF). Dia mengakui proyek ini sempat tertunda lama.
"Kita tahu bahwa secara jujur proyek ini cukup agak tertunda-tunda yang menurut bahasa Jepang disebut nanakorobi yaoki yang artinya tujuh kali jatuh, delapan kali bangkit," tuturnya.
Djoko mengatakan, tahapan FEED ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu 3 bulan dan secara paralel melakukan penyelesaian berbagai perizinan serta proses AMDAL yang akan rampung pada September.