
Bank Indonesia (BI) menegaskan kondisi likuiditas di pasar keuangan domestik saat ini berada dalam kondisi mencukupi. Hal ini ditandai dengan tren penurunan imbal hasil (yield) di pasar uang serta indikator suku bunga yang terus bergerak turun pasca penurunan suku bunga acuan atau BI Rate.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea, menyampaikan sejak periode 16 hingga 22 Juli 2025, imbal hasil di pasar uang tenor 3 hingga 12 bulan mengalami penurunan signifikan, yakni antara 16 hingga 21 basis poin (bps).
“Ini menunjukkan bahwa liquidity yang ada di pasar itu berada pada jumlah yang sangat mencukupi,” ujar Erwin dalam Taklimat Media di Jakarta, Kamis (24/7).
Salah satu indikator pasar, yakni Indonesia Overnight Index Average (IndONIA) mencatat penurunan dan berada di level 4,83 persen. Menurut Erwin, tren ini mencerminkan kondisi pasar yang longgar dan sejalan dengan arah kebijakan moneter bank sentral.

Erwin juga menyebutkan rata-rata dana yang tersedia di pasar pada pagi hari telah mencapai lebih dari Rp 90 triliun, yang memperkuat sinyal tak ada tekanan terhadap likuiditas di pasar uang.
"Kalau ada pandangan yang mengatakan liquidity berada dalam kondisi ketat, di pasar uang setidaknya kami bisa katakan liquidity itu berada pada jumlah yang sangat memadai,” ucapnya.
Selain itu, instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tenor 12 bulan juga mencatat penurunan yield sebesar 161 bps, dari sebelumnya 7,30 persen menjadi 5,69 persen.
Ini dinilai menjadi cerminan komitmen BI dalam mendorong penurunan suku bunga dan memperkuat dukungan terhadap pertumbuhan kredit.
“Menunjukkan betapa kuatnya komitmen Bank Indonesia untuk terus mendorong agar suku bunga turun, agar likuiditas terus bertambah agar kredit segera tumbuh,” kata Erwin.