
TIGA mahasiswa yang dijuluki inovator muda dari Universitas Syiah Kuala (USK) kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Melalui produk inovatif mereka, "Bhoi Morica, an Innovative Nutritious Traditional Cake as a Natural Anthelmintic and Stunting Prevention Solution for Toddlers and Expecting Mothers".
Hebatnya tim USK yang merupakan universitas jantung hati masyarakat Aceh tersebut sukses meraih tiga penghargaan bergengsi. Semua perolehan itu berlangsung beberapa hari terakhir di ajang Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) 2025.
Kompetisi ini berlangsung di Korea International Exhibition Center (KINTEX), Korea Selatan. Para anggota tim dari Perguruan tinggi negeri unggul di wilayah barat Indonesia ini terdiri dari tiga mahasiswi USK.
Mereka adalah Nelli Desianti (Pendidikan Ekonomi – FKIP), Sarah Salsabil (Biologi – FMIPA), dan Putri Salsabila Rinaldi (Statistika – FMIPA). Ketiga mahasiswi yang dibimbing oleh sang dosen A. Abdul Razak, M.Si.
Ketua tim dari USK, Nelli Desianti, melalui Media Indonesia, Jumat (8/8) mengatakan, Bhoi Morica adalah kue tradisional khas Aceh berbahan dasar daun kelor dan biji pepaya. Produk mirip kue bolu ini dikembangkan sebagai solusi alami untuk obat cacing (anthelmintik). Bahkan sangat baik dikonsumsi untuk pencegahan stunting pada balita dan ibu hamil.
" Bukan sekedar kue khas memiliki citarasa, tapi jauh lebih bagus untuk kesehatan. Ajang ini dirancang untuk mendorong kreativitas dan inovasi di kalangan perempuan. Memberikan platform untuk menampilkan karya inovatif, serta membuka peluang kolaborasi dan akses ke pasar global" kata Nelli Desianti.
Inovasi Bhoi Morica itu muncul dilatarbelakangi karena tingginya prevalensi stunting dan infeksi cacingan di Provinsi Aceh. Tim pengembang berupaya menciptakan produk yang dapat mengatasi kedua masalah ini secara bersamaan.
Kemudian untuk memanfaatkan bahan alami yang mudah ditemukan di kawasan sekitar kawasan itu. Kue Bhoi atau bolu khas Aceh itu dipilih sebagai pangan lokal inovatif. Itu karena dikenal kaya protein kebutuhan tubuh.
Dikatakan Nelli, daun kelor dipilih karena kaya nutrisi seperti vitamin A, kalsium, zat besi, dan berfungsi sebagai antioksidan. Sedangkan biji pepaya lebih dulu diolah menjadi tepung memiliki sifat antibakteri dan anti-cacing alami.
Manfaat dari kedua bahan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan gizi, mencegah stunting, serta mengatasi infeksi cacingan.
Menariknya Bhoi Morica ini memiliki keunikan tersendiri. Bukan hanya berfungsi sebagai makanan tradisional memiliki cita rasa khusus.
Tetapi juga memberikan manfaat kesehatan sangat besar termasuk untuk memberantas stunting anak. Produk ini telah menjadi solusi inovatif untuk mengatasi stunting dan infeksi cacingan secara bersamaan.
Berkat izin yang Mahakuasa, tim USK berhasil membawa pulang tiga penghargaan. Masing-masing yaitu Silver Medal, Special Award, dan Special Prize.
Ajang KIWIE 2025 ini diikuti oleh 445 penemuan dari Korea Selatan. Berikutnya 312 penemuan dari 16 negara, serta 80 perusahaan internasional.
Keberhasilan mereka menemukan produk makanan melimpah Gizi itu membuktikan bahwa inovasi lokal berpotensi besar untuk bersaing dan diakui di tingkat global.
KIWIE merupakan kompetisi internasional tahunan yang diselenggarakan oleh Korea Women Inventors Association (KWIA). Itu bekerja sama dengan Korean Intellectual Property Office (KIPO).
Serta didukung oleh berbagai kementerian dan lembaga di Korea Selatan. Misalnya didukung Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kementerian UKM dan Startup, dan Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO).
Adapun Nelli Desianti, Sarah Salsabil dan Salsabila Rinaldi, berharap Bhoi Morica dapat meningkatkan kesadaran masyarakat,bahwa pentingnya mengonsumsi pangan lokal bergizi dan sehat. Mereka juga berharap inovasi ini dapat memberdayakan ekonomi masyarakat melalui produksi skala komunitas.
"Harapan kami dari Bhoi Morica adalah menjadi solusi inovatif untuk mengatasi stunting dan infeksi cacingan di Provinsi Aceh," yutur Nelli. (H-1)