Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meyakini Indonesia bisa menerima banyak gelontoran modal usai menjadi pionir dalam pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).
Bahlil menuturkan dengan ekosistem baterai EV yang terintegrasi dari hulu ke hilir, Indonesia dapat menjadi tujuan utama investasi yang efisien.
Selain itu, dia juga menyoroti target pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 100 GW yang akan menjadi pasar besar bagi industri baterai dalam negeri.
"Tidak ada alasan, menurut saya, untuk tidak melakukan investasi yang efisien di negara Indonesia. Marketnya ada, bahan bakunya ada, ekosistemnya sudah ada, energi baru terbarukannya sudah ada," tutur Bahlil dalam keterangannya, Rabu (6/8).
Bahlil juga meyakini target rampungnya ekosistem baterai EV ini akan tercapai. Dengan demikian pada 2027 nanti Indonesia akan menjadi salah satu negara pertama yang membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu sampai hilir.
"Huayou sebentar lagi akan jalan dengan Antam dan IBC. Total investasi sekitar 8 miliar USD. Nah, kalau ini semua jadi, kita targetkan 2027 akhir, ini semua sudah jadi. Maka Indonesia akan menjadi salah satu negara pertama yang membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu sampai hilir," imbuhnya.
Tak hanya itu, Bahlil melihat peluang bagi industri baterai dalam negeri juga terbuka dengan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk kelistrikan.
"Dan kita minta baterai-baterai untuk listrik ini semua harus memakai produk Indonesia. Ini market besar. Dan ini akan mendorong untuk bagaimana ketersediaan listrik bagi Koperasi Merah Putih. Karena kita akan pakai track listrik. Kita akan pakai motor listrik. Dan ini sekaligus untuk mendorong transisi energi dan kedaulatan energi," tutupnya.