Ada banyak hal yang sebetulnya normal terjadi pada bayi, tapi seringkali membuat orang tua, terutama ibu baru, cemas. Salah satunya adalah saat bayi gumoh. Apakah Anda salah satunya, Moms?
Ya, sangat wajar jika ibu baru panik ketika melihat bayinya gumoh, apalagi jika belum pernah melihat kondisi ini sebelumnya. Bahkan menurut data IDAI, sekitar 30 persen ibu di Indonesia mengalami kecemasan mengenai gumoh.
Sebagian besar atau 66 persen rasa cemas itu berkaitan dengan frekuensi, dibanding volume gumoh sebesar 9 persen. Tidak hanya khawatir soal frekuensi gumoh, orang tua juga mengeluhkan gejala yang menyertai gumoh seperti: menangis atau rewel.
Saat gumoh, bayi biasanya mengeluarkan volume susu yang bervariasi. Tapi umumnya sebanyak antara 1 sampai 2 sendok makan dan terjadi selama kurang dari 3 menit, setelah makan dan tidak bergejala, atau bergejala ringan.
Gumoh pada bayi tak perlu dikhawatirkan berlebihan, terutama jika si kecil pun terlihat aktif, nyaman, berat badannya naik dengan baik, dan tidak mengalami gangguan pernapasan.
Gumoh terjadi karena ukuran lambung buah hati masih sangat kecil --kurang lebih seukuran bola pingpong-- dan katup lambung yang belum kuat. Ketika berusia 4 bulan, lambung bayi juga hanya mampu menampung susu dalam jumlah kecil setiap kali minum, alhasil jika susu yang masuk terlalu banyak, maka menyebabkan gumoh.
Di samping itu, hal ini juga didukung karena katup lambung si kecil belum dapat menutup dengan sempurna sehingga susu yang sudah masuk lambung kembali lagi ke mulut jika jumlahnya terlalu besar.
Jadi Moms, gumoh biasanya terjadi saat anak minum susu terlalu banyak, bersendawa, atau menelan banyak udara karena pencernaannya belum mampu menampung banyak susu formula atau ASI.
Moms, sebenarnya gumoh bisa dicegah, kok. Caranya, setelah bayi diberikan susu segera posisikan si kecil tegak selama kurang lebih 30 menit. Kemudian pastikan Anda tidak menekan bagian perutnya, dan jangan paksa untuk minum susu lebih banyak lagi dan coba usahakan agar bayi bersendawa.