Komnas HAM turun ke Pati untuk mendalami penyebab demo di depan Kantor Bupati Pati Sadewo berakhir ricuh dan mengakibatkan korban luka dari polisi dan massa, Rabu (13/8). Data terakhir menunjukkan 7 polisi dan puluhan warga terluka.
"Kami juga mencari informasi berapa kekuatan (personel) yang dikerahkan, satuan apa saja yang disiagakan, apakah prosedur-prosedurnya dijalankan dengan benar apa tidak. Apakah ada tindakan-tindakan kekerasan yang berlebihan, misalnya ada penyiksaan," kata Koordinator Subkomisi Penegakan HAM dan Komisioner Mediasi Komnas HAM Pramono Ubaid Tanthowi di Mapolresta Pati, Jumat (15/8).
Komnas HAM sebelumnya menerima laporan dari Aliansi Masyarakat Pati Bersatu. Pramono Ubaid menuturkan, mereka harus mendengar dari kedua pihak yakni pendemo dan polisi sehingga berimbang.
"Komnas HAM harus melihat dari dua sisi. Apa yang disampaikan warga, itu kemudian kita klarifikasi kepada pihak kepolisian, sehingga menjadi berimbang," jelasnya.
Pihaknya juga menjenguk korban demo yang masih mendapat perawatan. Ia menegaskan biaya pengobatan mereka seharusnya ditanggung oleh pihak terkait.
"Kami ingin memastikan kondisi korban yang saat ini masih dirawat di rumah sakit. Kami akan cek siapa yang menanggung biaya perawatan. Itu, kan penting karena warga berhak mendapatkan pemulihan," tegas Ubaid.
Kapolsek Pati Dirawat di RS
Sementara itu, Kapolresta Pati Kombes Pol Jaka Wahyudi menyebut, ada dua orang yang masih mendapat perawatan di rumah. Dua orang itu yakni Kapolsek Pati Kota Iptu Heru Purnomo (43) dan seorang warga sipil bernama di Utama (19).
Edi mengalami dislokasi bahu akibat terinjak-injak di kerumunan massa dan paparan gas air mata. Sementara Iptu Heru mengalami luka akibat lemparan batu, pukulan kayu dan dikeroyok puluhan orang saat demo.
"Alhamdulillah patut kita syukuri, saat ini kondisi mereka sudah membaik, sebagian sudah bisa pulang, dan yang masih dirawat hanya memerlukan waktu untuk pemulihan," tandasnya.