Anggota Komisi III DPR, Soedeson Tandra, menyebut permintaan Immanuel Ebenezer (Noel) untuk dapat amnesti Presiden Prabowo Subianto menyiratkan eks Wamenaker itu telah mengaku bersalah. Ia menilai, seharusnya Noel tak melawan.
Noel telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pemerasan pengurusan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Kemnaker oleh KPK. Noel disebut mengetahui praktik itu, meminta bagian, dan mendapatkan aliran dana Rp 3 miliar.
Tandra menilai, amnesti hanya bisa diberikan oleh presiden bila pelaku sudah dinyatakan bersalah.
“Undang-Undang pokok kekuasaan kehakiman itu mengatakan begini ‘tidak ada seorang pun yang dapat dinyatakan bersalah kecuali atas kekuatan putusan pengadilan’. Betul enggak? Nah, jadi kalau amnesti menurut saya masih terlalu jauh,” ucap Tandra kepada wartawan, Sabtu (23/8).
Tandra pun berpendapat, dengan Noel berharap mendapatkan amnesti, artinya mengaku bersalah dalam perkaranya.
“Ya (secara tidak langsung mengaku bersalah) dong, orang minta pengampunan,” ucap Tandra.
Ia pun mengatakan Noel tidak boleh melawan jika memang mengharapkan amnesti dari presiden. Sebab sebelumnya, Noel membantah bahwa kasusnya adalah pemerasan dan membantah terkena OTT.
“Nah tapi kalau lihat pernyataan Pak Noel sebelum di wartawan kan dia sudah ngomong, masyarakat supaya tahu ya saya tidak memeras, saya tidak apa pernyataannya saya lupa itu. Tidak memeras, saya tidak OTT. Ya kan? Artinya dia mau melawan kan? Terus kalau mau melawan minta ampun gimana caranya? Betul kan?” ucap Tandra.
“Harus membantu menunjukkan iktikad baik,” tambahnya.
Namun, Tandra menilai, presiden tidak seharusnya memberikan amnesti kepada koruptor.
“Saya pribadi keberatan kalau amnesti itu diberikan karena amnesti itu diberikan kepada kejahatan-kejahatan lain kecuali korupsi,” ucap politikus Golkar itu.
Tandra berpendapat, perbuatan Noel telah mencoreng muka Presiden Prabowo.
“Penyesalan saya adalah beliau itu pembantu presiden, tindakan beliau itu mencoreng muka presiden,” ucap Tandra.
“Pidato presiden berantas korupsi sampai ke akar-akar, pembantu beliau yang paling dekat dengan beliau bikin korupsi. Apa ndak memukul muka presiden? Ndak memukul muka kita semua?” tandasnya.