Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung secara resmi meluncurkan inisiasi pembangunan Rumah Sakit Royal Batavia Cakung, Jakarta Timur, Senin (25/8).
Ia menyebut penamaan rumah sakit tersebut merupakan bagian dari upaya menghadirkan identitas Betawi. Selain itu, juga untuk mendorong citra layanan kesehatan Jakarta setara dengan standar internasional.
“Saya bersyukur bahwa pembangunan rumah sakit ini segera dimulai. Dan inilah pertama kali ketika saya meminta kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk tidak lagi menggunakan kata rumah sakit daerah,” kata Pram saat peluncuran.
Menurutnya, penggunaan istilah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) membuat institusi kesehatan terkesan kurang berkembang.
“Sebenarnya di Jakarta itu ada sepuluh rumah sakit yang sudah bisa disejajarkan dengan rumah sakit internasional. Tapi karena pakai kata rumah sakit daerah, kadang-kadang mengikat diri sendiri menjadi kurang lincah, kurang berkembang menjadi lebih baik. Contohnya, Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan. Menurut saya adalah salah satu rumah sakit terbaik di Jakarta ini,” jelasnya.
Oleh karena itu, Pramono meminta agar sejak awal rumah sakit ini menggunakan nama Royal Batavia Cakung.
“Maka untuk itu saya minta untuk rumah sakit ini namanya dari awal menjadi Royal Batavia Cakung. Nanti secara perlahan-lahan rumah sakit yang lain kita pakai brandingnya adalah Royal Batavia,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pemilihan nama tersebut juga mencerminkan nilai historis dan budaya Betawi.
“Yang pertama, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024, kita betul-betul memaknai termasuk penamaan pun sudah mendekati apa yang menjadi nama dari Betawinya sendiri,” kata Pramono.
“Maka baru kali ini, desainnya rumah sakit nanti itu warna Betawinya nampak. Begitu orang datang, wajah Betawinya ada. Selama ini enggak ada wajah Betawinya di rumah sakit, tapi inilah saya yakin akan bisa dilakukan,” lanjut dia.
Alasan Penggunaan Kata Batavia
Soal alasan penggunaan nama Batavia ketimbang pilihan lain, ia menegaskan hal itu sudah melalui pembahasan panjang.
“Itu hasil keputusan rapat yang saya pimpin dan pada saat rapat pada waktu itu ada Wakil Gubernur (Rano Karno), semua Kepala Dinas. Saya adalah orangnya yang terbuka,” ujar Pramono.
“Dari beberapa pilihan nama pada waktu itu awalnya ada sepuluh kemudian menjadi lima. Lima menjadi tiga, dan ketika tiga menjadi satu, saya yang memutuskan. Jadi kata Royal Batavia itu sudah ada tiga pilihan, itulah yang dipilih,” lanjutnya.