Alasan Federasi Hoki Es Indonesia Naturalisasi Atlet Di atas 40 Tahun

Federasi Hoki Es Indonesia (FHEI) menaturalisasi 4 atlet berasal dari Rusia dan satu diantaranya telah berumur lebih dari 40 tahun. Ternyata, hal ini ada alasan tersendiri, di mana masa produktif atletnya memang rata-rata di atas 40 tahun.

Komisi X dan XIII DPR RI menyetujui permohonan naturalisasi 4 atlet hoki es pada sidang yang digelar Selasa (26/8). Adapun keempat nama pemain itu ialah Savelii Molchanov, Evgenii Nurismalov, Artem Bezrukov, dan Adel Khabibuliin.

Teruntuk Evgenii Nurismalov, ia tercatat kelahiran 1982, usianya saat ini adalah 42 tahun. Sementara, tiga atlet lainnya rata-rata baru menginjak usia 20 tahun.

Ketua Umum FHEI, Ronald Situmeang, menjelaskan alasan pihaknya menaturalisasi atlet di atas 40 tahun. Ia bilang, hoki es berbeda dengan cabor umumnya, sebab masa produktif atletnya memang di rata-rata usia 40 tahun.

"Ini juga salah satu ciri khas dari olahraga hoki es. Jadi, memang performa produktif itu sedikit berbeda dengan olahraga yang lain. Kalau olahraga hoki es ini [masa produktifnya] di usia 40-45 tahun. Seperti yang banyak dilihat, di liga internasional hoki es terbaik, di NHL (USA & Kanada) banyak atlet di usia 40 tahun yang masih banyak bermain di klub," ujar Ronald kepada pewarta di DPR RI, Selasa (26/7).

"Dan mereka dalam performa terbaik mereka di posisi mereka. Ini yang ingin kita manfaatkan, karena mereka sudah sangat matang dalam pengalaman. Mereka masih dalam kondisi yang sangat fit untuk membantu Timnas berprestasi lebih baik lagi," tambahnya.

Evgenii Nurislamov ungkap alasannya mau dinaturalisasi. Ia bercita-cita untuk mengangkat prestasi hoki es Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi.

"Bagi saya pribadi, Indonesia adalah negara yang sangat istimewa. Saya merasakan hal ini sejak pindah bersama keluarga saya ke sini, jauh sebelum adanya kesempatan ini [dinaturalisasi]. Indonesia punya banyak talenta hoki es yang harus dikembangkan lebih lagi," jelasnya.

"Hoki es adalah olahraga yang rumit, tidak hanya soal kemampuan, tapi bagaimana atlet harus punya karakter. Bagaimana [atlet] bisa melihat detail-detail kecil, dan itu kami bisa bantu kepada mereka," tutupnya.