Sate House Senayan akan menjadi brand internasional pertama dari Sarirasa yang akan memperluas pasarnya hingga ke Negeri Kincir Angin. Soft opening untuk gerai pertama di sana akan dijadwalkan pada Agustus 2025.
Rupanya, alasan di balik ekspansi brand ini hingga ke Belanda adalah karena pengin memperkenalkan rasa khas Indonesia kepada dunia, dan sekaligus mengemban misi budaya yang lebih besar —menghadirkan cerita, tradisi, dan filosofi hidup bangsa Indonesia melalui setiap sajiannya.
Sarirasa juga akan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan di bidang seni, kriya, dan budaya untuk menjadikan Sate House Senayan sebagai ruang diplomasi budaya dan kuliner Tanah Air.
Melalui momentum ini, grup restoran yang juga menaungi TeSaTe, Gopek House, Pantura, TeKoTe dan Sate Khas Senayan tersebut, mengajak seluruh pecinta kuliner Indonesia, pelaku industri kreatif, komunitas budaya, dan masyarakat untuk mendukung upaya menjaga kekayaan kuliner Nusantara.
“Kami percaya, makanan yang baik bukan hanya soal rasa, tapi juga cerita. Dan Indonesia punya banyak cerita yang menunggu untuk diceritakan,” ujar Benny Hadisurjo, generasi kedua yang kini memimpin Sarirasa Group, seperti dikutip dari siaran resmi yang kumparanFOOD terima, Sabtu (2/8).
Kisah Awal Mula Restoran Sarirasa Group
Sebagai salah satu restoran legendaris di Indonesia, awal mula didirikan tempat makan ini rupanya karena kerinduan dari keluarga sang pendiri akan makanan favorit mereka dari Jawa Tengah dan Bandung.
“Waktu itu, sangat sulit menemukan tempat di Jakarta yang menyajikan masakan daerah dengan cita rasa autentik dalam suasana yang nyaman. Kebanyakan hanya tersedia di warung pinggir jalan dan sering kali kurang nyaman. Keluarga kami ingin menghadirkan ruang makan yang bersih dan menyenangkan, namun tetap setia pada rasa asli hidangan-hidangan tradisional tersebut,” kisah Benny.
Benny kemudian meneruskan bisnis keluarganya tersebut hingga sekarang. Dia mengaku tetap menjaga warisan keluarganya dengan nilai-nilai tradisional yang sama sejak dahulu.
“Kuliner adalah bagian dari identitas bangsa. Lewat makanan, kita bisa bercerita tentang nilai, sejarah, dan kebudayaan. Itulah yang terus kami jaga selama 51 tahun ini,” tambahnya.
Sampai saat ini, di tengah tren kuliner yang kian beragam, meski menyajikan makanan tradisional Indonesia, dengan menu andalan seperti sate ayam Ponorogo, soto Betawi, hingga ragam jajanan pasar, Benny membawa Sarirasa untuk tetap adaptif terhadap perubahan zaman, dan terbuka pada inovasi.
Dia bahkan berharap bisnis kuliner ini bisa melegenda hingga mencapai 100 tahun. Bukan sekadar restoran, tapi pihaknya memiliki cita-cita jangka panjang dengan terus mengawal dan merawat warisan kuliner Indonesia lintas generasi.