Presiden AS Donald Trump menyatakan ingin bertemu Pemimpin Korut Kim Jong-un lagi. Hal ini disampaikan Trump saat menerima kunjungan Presiden Korsel Lee Jae-myung.
Trump menyatakan memiliki pemahaman yang sama dengan Korsel terkait Korut. Korsel di bawah kepemimpinan Lee lebih menekankan diplomasi dibandingkan konfrontasi untuk memperbaiki hubungan dengan Korut.
Trump kemudian memuji Kim Jong-un yang dia temui sebanyak tiga kali di masa jabatan pertamanya.
"Saya kenal dia lebih baik dari yang lain, hampir, selain saudara perempuannya," kata Trump, dikutip dari AFP, Selasa (26/8).
"Suatu hari nanti saya akan bertemu dia. Saya sangat menantikan pertemuan itu. Dia sangat baik dengan saya," kata Trump lagi, berharap dapat bertemu dengan Kim Jong-un tahun ini.
Trump dulu pernah mengatakan dia dan Kim Jong-un "saling jatuh cinta" dalam pertemuan pertama. Pertemuan yang berlangsung di Singapura pada 2018 itu memang meredakan ketegangan, tapi gagal menghasilkan kesepakatan jangka panjang.
Kim Jong-un pun semakin berani sejak mengirim pasukannya mendukung Rusia berperang melawan Ukraina. Korut diketahui mengirim ribuan tentara ke Rusia untuk berperang.
Korut juga tetap teguh pada pendirian dan menolak pembicaraan apa pun yang bertujuan mengakhiri program senjata nuklirnya.
Lebih lanjut, Lee Jae-myung memuji Trump dan mengatakan presiden dari Republik itu bukan penjaga perdamaian, melainkan pencipta perdamaian.
Lee bahkan mengutip propaganda Korut yang mengecam Korsel dengan menyatakan bahwa Pyongyang menyebut hubungannya dengan Trump lebih baik.
"Kim Jong-un akan menunggu Anda," kata Lee lagi.
Usai bertemu dengan Trump, Lee juga memperingatkan bahwa Korut dapat segera memproduksi 10 hingga 20 senjata nuklir per tahun, serta rudal yang dapat menghantam AS meski ada tekanan dan sanksi.
"Fakta pahitnya adalah jumlah senjata nuklir yang dimiliki Korut telah meningkat dalam tiga hingga empat tahun terakhir," kata Lee di Center for Strategic and International Studies (CSIS).
Lee juga menyinggung pendekatannya terhadap Korut, seperti menghentikan pesan propaganda anti-Kim melalui pengeras suara di perbatasan militer.