
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap negara-negara BRICS serta negara lain yang mendukung kebijakan BRICS, yang disebutnya sebagai “anti-Amerika”.
Meskipun begitu, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arrmanatha Nasir atau yang akrab dipanggil Tata menyatakan bahwa tidak ada upaya dari negara-negara BRICS, termasuk Indonesia, untuk melawan Amerika Serikat atau negara mana pun.
“Kita semua masih menunggu apa yang akan dihasilkan oleh Presiden Trump. Sebelumnya, yang pertemuan BRICS ini kan tidak ada upaya apa pun untuk melawan Amerika atau yang lain ya,” kata Tata saat ditemui di Brasil, dikutip Selasa (8/7).
Ia menegaskan bahwa pertemuan BRICS bertujuan untuk memperkuat kerja sama antarnegara berkembang, bukan untuk memusuhi negara tertentu. “Bahwa pertemuan BRICS ini kan tujuan utamanya untuk mempersatukan negara berkembang, mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi,” ujarnya.
Katanya, seluruh pihak BRICS tidak memiliki niat untuk melawan suatu kelompok negara. Tata menyatakan bahwa isu-isu yang dibahas saat KTT hanya berupa isu seputar lingkungan hidup, kesehatan, masalah situasi global, multilateralisme, serta bagaimana BRICS bisa memperkuat multilateralisme.
Bahkan, Tata mengungkapkan bahwa ancaman tarif Trump tersebut tidak menjadi bahan pembahasan dalam KTT BRICS yang telah diselenggarakan.
“(Tarif) tidak jadi pembahasan, karena isu seperti itu kan kita tidak bisa mengontrol apa yang disampaikan oleh Presiden Amerika atau kepala negara lainnya. Itu yang perlu ditekankan, bahwa banyak di luar hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai hal-hal yang dibahas di dalam BRICS,” jelas Tata.
Hanya selang satu hari setelah pernyataan tersebut, Trump resmi menetapkan tarif sebesar 32 persen untuk produk asal Indonesia. Kebijakan ini mulai berlaku pada 1 Agustus 2025, dengan besaran tarif yang sama seperti yang telah diumumkan sejak April lalu.
Trump dikabarkan telah mengunggah surat mengenai tarif yang ditujukan kepada Presiden Indonesia Prabowo Subianto pada Selasa (8/7).
“Harap dipahami bahwa angka 32 persen ini masih jauh lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk menghapus ketimpangan defisit perdagangan dengan negara Anda,” tulis Trump dalam surat tersebut.
Selain menerapkan tarif di angka 32 persen, Trump juga mengancam akan menaikkan tarif lebih tinggi sebesar 32 persen lagi jika Indonesia menerapkan tarif balasan kepada produk AS.
“Apabila karena alasan apa pun Anda memutuskan untuk menaikkan tarif Anda, maka angka berapa pun yang Anda pilih akan ditambahkan ke tarif 32 persen yang kami kenakan,” tambahnya.
Adapun Trump menyatakan bahwa jika Indonesia bersedia membuka pasar perdagangan yang selama ini tertutup bagi AS, pihaknya akan menghapus tarif serta hambatan perdagangan non tarif, termasuk mempertimbangkan penyesuaian tarif.