
Kebijakan baru terjadi pada tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kini, Trump berencana menaikkan tarif impor tembaga dan logam olahan tembaga menjadi 50 persen.
Dikutip dari Bloomberg, berdasarkan seorang sumber yang tidak disebutkan namanya disebut bahwa selain tembaga yakni logam tembaga olahan dipastikan masuk ke dalam daftar tarif yang akan berlaku 1 Agustus nanti. Selain itu, tembaga setengah jadi juga disebut akan kena tarif.
Meski begitu, kebijakan ini belum difinalisasi dan belum resmi sampai ada pengumuman langsung dari pemimpin tertinggi negeri Paman Sam tersebut. Saat ini tembaga olahan menjadi kategori impor terbesar yang masuk ke AS dan bisa berdampak luas jika tarif diberlakukan.
Tembaga merupakan elemen penting dari jaringan listrik, konstruksi, industri otomotif, hingga elektronik konsumen.
Terkait tembaga, perwakilan industri sudah menemui Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih guna meminta agar AS tidak mengontrol ekspor terhadap limbah tembaga. Saat ini AS adalah salah satu produsen limbah logam terbesar di dunia yang juga diekspor ke luar negeri karena volume produksi lebih dari konsumsi domestik.
Beberapa perusahaan logam seperti Rio Tinto Group, produsen Southwire Co., dan perusahaan dagang Trafigura juga meminta AS agar membatasi ekspor bijih dan limbah tembaga ketimbang tarif impor untuk produk jadi tembaga.
Selain tembaga, Trump juga akan menerapkan tarif 50 persen atau naik 10 persen dari tarif sebelumnya terhadap Brasil. Hal ini juga sudah disampaikan Trump kepada Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva melalui surat.
Menanggapi hal tersebut, Lula menyebut kebijakan AS itu akan dibalas sesuai hukum Brasil. Brasil adalah mitra dagang ke-15 terbesar AS, dengan total perdagangan dua arah senilai USD 92 miliar pada 2024.
Produk utama yang diekspor AS ke Brasil meliputi pesawat komersial, minyak mentah, batu bara, dan semikonduktor. Sementara Brasil mengekspor minyak mentah, kopi, baja setengah jadi, dan pig iron.