Keputusan membeli mobil baru di Amerika Serikat (AS) kini semakin rumit. Konsumen dihadapkan pada dua pilihan: menerima cicilan bulanan tinggi, atau mengambil tenor kredit panjang—hampir menyamai lamanya cicilan rumah.
Dengan harga rata-rata mobil baru di AS yang menembus USD 50 ribu atau sekitar Rp 821 juta, sulit menjaga cicilan tetap terjangkau.
Data Edmunds juga menunjukkan, hampir 1 dari 5 pembeli (19,3 persen) pada kuartal II 2025 memilih cicilan bulanan di atas USD 1.000 atau sekitar Rp16,4 juta. Angka ini menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Skema pembelian mobil dengan tenor 84 bulan (7 tahun) kini menyumbang 22,4 persen. Sementara tenor 6 tahun menjadi pilihan paling umum dengan 36,1 persen.
Sebagai perbandingan, kredit 5 tahun yang dulu dianggap standar kini turun ke sekitar 19 persen. Bahkan cicilan super panjang 8 tahun (96 bulan) mulai muncul, meski porsinya masih di bawah 1 persen.
“Kami sebenarnya mencoba menjauhkan konsumen dari tenor terpanjang. Kalau kondisi hidup mereka berubah dan ingin tukar tambah, mereka bisa dalam posisi rugi besar. Itu tidak menguntungkan bagi konsumen maupun dealer,” kata Vice President Dealer Operations Galpin Motors, Mike Schwartz, dikutip Bloomberg.
Menurut Schwartz, risiko yang sering dihadapi pembeli mobil baru adalah “negative equity”, yakni kondisi di mana harga mobil yang kita miliki sudah turun, tapi cicilan yang tersisa masih lebih besar.
Data Edmunds menunjukkan, pada kuartal II 2025 ada 26,6 persen mobil baru yang ditukar kembali (trade-in) mengalami kondisi tersebut. Rata-rata, pemiliknya masih punya sisa utang sekitar USD 6.754 atau setara Rp111 juta.
Selain itu, cicilan panjang otomatis membuat total biaya membengkak. Director of Insights Edmunds, Ivan Drury mencontohkan, bunga rata-rata untuk kredit 84 bulan mencapai USD 15.460 atau sekitar Rp 255 juta atau sekitar Rp 76 juta lebih mahal dibanding kredit 5 tahun.
“Konsumen berusaha mengendalikan yang bisa mereka atur seperti memperpanjang tenor, menambah pembiayaan, atau memperkecil uang muka. Meski akhirnya mereka bayar lebih mahal secara total, itu jadi cara agar tetap bisa beli mobil baru,” ujar Drury.