Ibu menyusui sebenarnya memiliki hak untuk memberikan ASI untuk si kecil di mana saja dan kapan saja. Namun, tak jarang ibu menyusui menghadapi tantangan ketika ingin memberikan ASI di tempat umum, mulai dari perasaan risi dan tidak nyaman bila terlihat oleh orang lain.
Bukan hanya ibu saja, tetapi juga ditemukan masih banyak stigma negatif yang didapatkan ibu menyusui ketika melakukan kegiatan menyusuinya di tempat umum. Stigma tersebut berasal dari orang lain yang menganggap tempat umum bukanlah tempat untuk menyusui bayi.
Temuan ini berdasarkan hasil studi terbaru Health Collaborative Center (HCC) dalam rangka peringatan Pekan Menyusui Sedunia 2025 bertajuk “Persepsi dan Dukungan pada Ibu Menyusui di Tempat Umum”.
Studi ini menggunakan model eksperimen sosial berbasis visual online ini, sebanyak 731 responden berpartisipasi melalui survei daring pada 4–5 Agustus 2025. Mereka diminta menanggapi berbagai skenario ibu menyusui di tempat umum, pabrik, perkantoran, taman, transportasi umum, tempat makan, hingga kafe.
Bagaimana Hasil Studi tentang Ibu Menyusui di Tempat Umum?
Studi ini kemudian mengungkap fakta bahwa 1 dari 3 orang Indonesia masih memiliki persepsi negatif atau kontra terhadap ibu yang menyusui di ruang publik.
"Bukan menolak, tapi mereka punya persepsi kontra, artinya apa? Mereka secara dominan melihat bahwa ibu menyusui di tempat umum itu tidak nyaman," ujar pendiri dan peneliti utama Health Collaborative Center (HCC), Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, kepada awak media di Jakarta, Jumat (9/8).
Mereka menemukan setidaknya empat persepsi negatif terhadap ibu menyusui di tempat umum. Pertama, 29,7 persen responden melihat ibu menyusui di tempat umum membuat perasaan tidak nyaman. Kedua, 30 persen setuju bahwa melihat ibu menyusui di tempat umum membuat gelisah.
Lalu persepsi ketiga adalah sebanyak 29 persen responden setuju ibu seharusnya menyusui di tempat khusus saja.
"Jadi bahwa mereka mengatakan bahwa persepsi mereka tuh bilang bahwa ibu menyusui tuh harusnya di tempat khusus. Bicara tempat khusus itu merujuk ke bukan tempat umum," ungkap dr. Ray.
Dan persepsi terakhir adalah 50 persen responden sangat tidak setuju jika ibu menyusui di mana saja tanpa menggunakan penutup atau nursing cover.
"Kenapa kita bilang ini red flag? Karena itu berarti menganggap bahwa ibu mengeluarkan payudara untuk menyusui, bukan keluarkan payudara untuk tujuan lain, itu [menyusui di tempat umum] berarti masih dianggap bukan perilaku alaminya. Padahal secara ilmiah ini adalah perilaku yang sangat-sangat naluriah, yang harus kita dukung," tutur dr. Ray.
dr. Ray juga menuturkan beberapa lokasi publik yang biasanya dimanfaatkan ibu untuk menyusui bayinya tetapi cenderung masih mendapat penolakan:
"Stimulus ketika melihat ibu menyusui di transportasi umum, di KRL, di MRT, ini yang bikin oran...