Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan transparansi menjadi kunci dalam mengelola ekonomi, termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tanpa hal itu, godaan untuk menyalahgunakan amanah akan semakin besar.
"Mengelola ekonomi tanpa transparansi pasti di situ banyak syaiton nirojim, banyak banget syaiton nirojim. Maka menyampaikan hal itu menurut saya adalah wujud agar kita dapat dicek atau dilihat, supaya kita terus berada di jalur yang amanah," kata Sri Mulyani dalam acara Sarasehan Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, Rabu (13/8).
Menurut dia, prinsip keterbukaan merupakan salah satu teladan dari sifat Nabi Muhammad SAW, yaitu tablig atau menyampaikan. Selain itu, ada empat sifat Rasulullah yang bisa menjadi fondasi tata kelola pemerintahan yang baik, yakni siddiq, amanah, tablig, dan fathonah.
"Empat karakter dari Rasulullah adalah apa yang hari ini disebut soundbite-nya adalah good governance. Kita sering hanya bicara syariahnya, melupakan bahwa pondasi dari setiap cita-cita yang ingin dicapai adalah karakter yang menjalankan," ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, dua sifat yang paling sering tercederai dalam membangun ekonomi syariah adalah siddiq (jujur) dan amanah (dapat dipercaya). Tanpa keduanya, dana sekecil Rp 1 juta hingga sebesar APBN senilai Rp 3.800 triliun bisa disalahgunakan dan merugikan rakyat.
"Kalau anda tidak punya dan tidak menjaga siddiq dan amanah, maka anda tidak hanya mencederai cita-cita Islam itu. Tapi anda menzalimi orang yang paling perlu untuk kita bela," ucapnya.
Dia juga menekankan pentingnya sifat fathonah atau kecerdasan, terutama di tengah perkembangan teknologi yang pesat. Hal itu dibutuhkan untuk menghadapi tantangan, termasuk bentuk perang modern.
"Dunia berubah begitu cepat. Semua membuat prediksi 10 tahun ke depan dunia akan berubah luar biasa karena teknologi. Kita lihat perang sekarang saja, dulu adalah prajurit versus prajurit di depan medan perang seperti Perang Dunia Kedua, Perang Vietnam. Sekarang drone versus drone," ujarnya.