
TENTARA Israel kembali menggempur sebuah menara bertingkat di Kota Gaza setelah memperingatkan warga Palestina untuk segera mengungsi atau menghadapi serangan mematikan.
Serangan ini terjadi di tengah pengepungan yang semakin memperparah kelaparan massal. Militer Israel bahkan merilis peta berisi daftar gedung pencakar langit yang ditetapkan sebagai target, sebelum menghancurkan Menara Soussi setinggi 15 lantai di kawasan Tal al-Hawa, tepat di seberang gedung badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA.
“Setengah jam atau satu jam tidak cukup waktu bagi orang-orang untuk melarikan diri dari gedung-gedung ini,” ujar Hani Mahmoud, jurnalis Al Jazeera dari Gaza, Minggu (7/9).
Israel mengeklaim bangunan yang diserang dipakai Hamas untuk operasi militer. Namun kantor media pemerintah Gaza membantah dan menegaskan Israel hanya mencari alasan untuk menargetkan warga sipil. Menurut mereka, 90% infrastruktur Gaza telah hancur.
Sehari sebelumnya, Menara Mushtaha setinggi 12 lantai juga diratakan serangan udara. Juru bicara UNRWA, Tamara Alrifai, menyebut aksi itu bagian dari kampanye “memusnahkan seluruh lingkungan, bangunan, dan kehidupan keluarga Palestina.”
Anak-anak Jadi Korban Utama
UNICEF memperingatkan dampak besar pengungsian paksa terhadap hampir satu juta warga Gaza, setengahnya anak-anak.
“Setiap orang kedua di Gaza adalah anak. Hidup menjadi hampir mustahil bagi mereka,” kata Tess Ingram, juru bicara UNICEF.
Save the Children menambahkan, rata-rata satu anak Palestina terbunuh setiap jam sejak hampir dua tahun terakhir. Data otoritas Gaza mencatat lebih dari 20.000 anak menjadi korban sejak Oktober 2023.
Sumber medis setempat melaporkan sedikitnya 67 warga Palestina tewas sejak Sabtu pagi, mayoritas di Kota Gaza. Enam orang lainnya, termasuk anak-anak, meninggal akibat kelaparan. Total korban perang sejak 7 Oktober 2023 mencapai 64.368 tewas dan 162.367 terluka.
“Zona Kemanusiaan” yang Tetap Dibom
Israel mengumumkan zona kemanusiaan baru di al-Mawasi, Gaza selatan. Namun kawasan yang disebut aman itu tetap jadi sasaran bom. Serangan terhadap sebuah tenda pengungsi menewaskan dua orang.
Meski Israel menjanjikan rumah sakit lapangan dan pasokan makanan di sana, banyak warga tak percaya.
“Tidak ada tempat yang aman,” tegas jurnalis Al Jazeera, Hind Khoudary, di Deir el-Balah.
Kementerian Dalam Negeri Gaza memperingatkan, “zona aman” hanyalah trik untuk mendorong pengungsian paksa dari utara ke selatan.
Gaza Jadi Kota Reruntuhan
Keluarga yang kembali ke lingkungan Zeitoun, Kota Gaza, menemukan rumah mereka telah lenyap.
“Apa yang kami bangun dalam 50 tahun rata dengan tanah dalam lima hari,” kata Aqeel Kishko.
“Orang-orang akan kembali ke mana? Tidak ada tempat untuk kembali,” tambah Nohaa Tafish.
Ahmed Rihem menggambarkan kehancuran itu: “Seolah-olah seluruh Zeitoun dihantam bom nuklir.” (Z-10)