
SETELAH sukses menyajikan sejarah Kesultanan Cirebon berbasis Artificial Intelligence (AI), PT Curaweda Palagan Innotech secara resmi kembali menghadirkan Museum Lorong Waktu Sejarah (Lotus) yang berlokasi di destinasi wisata The Great Asia Afrika (TGAA) Lembang, Jawa Barat.
Seperti di Cirebon, museum ini juga merupakan sebuah wahana digital yang menyuguhkan pengalaman sejarah impresif melalui teknologi AI. Dalam episode perdananya, Museum Lotus mengangkat tema "Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955", salah satu peristiwa diplomasi terbesar yang pernah berlangsung di Indonesia.
Melalui mini theatre tiga layar trapezoidal (kiri, depan, kanan), pengunjung diajak merasakan atmosfer konferensi seolah hadir langsung diruang sidang bersejarah tersebut. Teknologi Al merekonstruksi tokoh, suasana, hingga narasi, mejadikan pengalaman menonton lebih realistis dan menventuh.
CEO Curaweda Palagan innotech, Azhar Muhammad Fuad, Minggu (7/9), menyampaikan, bahwa inovasi ini dihadirkan untuk meniembatani generasi muda dengan sejarah bangsa melalui cara yang inspiratif. Dengan memanfaatkan AI, pihaknya ingin menghadirkan sejarah bukan hanya sebagai cerita masa lalu, melainkan pengalaman hidup yang bisa dirasakan langsung.
Melalui pendekatan Ethical Al (AI yang beretika), teknologi ini menjadi yang pertama mampu dibuktikan secara ilmiah pada setiap input dan output, karena dikembangkan dengan panduan dari sejarawan, arkeolog hingga pemangku adat. Seluruh artefak, tokoh dan objek yang
ditampilkan bersumber dari data prime vang telah divalidasi oleh pihak berwenang sehingga menghadirkan pengalaman sejarah yang autentik, kredibel, sekaligus menghormati nilai budaya dan warisan bangsa.
Museum Lotus lahir dari kolaborasi Curaweda bersama tenaga ahli sejarah, termasuk penulis sekaligus peneliti buku "Konferensi Asia Afrika 1955" yang berperan sebagai kurator akurasi yang sejarah film. Ke depan. museum ini iuga akan melibatkan budayawan akademisi serta seniman visual untuk menghadirkan episode lain yang mengangkat tema sejarah nasional maupun lokal.
PEMILIHAN LEMBANG
Lembang diplilih sebagai lokasi karena menjadi rumah bagi TGAA yang sudah dikenal luas sebagai destinasi wisata edukasi dengan konsep min Asia Afrika. Hal ini dinilai sangat relevan dengan misi Curaweda untuk menghadirkan sejarah KAA secara menarik, sekaligus memperkuat posisi TGAA sebagai destinasi budava bertaraf internasional. Museum ini beroperasi sebagai wahana di dalam TGAA. Penguniung dapat menikmati
pengalaman sejarah dengan membeli tiket masuk TGAA yang sudah termasuk akses ke museum.
Lotus atau melalui tiket khusus museum, Film berdurasi 5-8 menit ditayangkan secara berkala dalam setiap sesi, memungkinkan wisatawan menyesuaikan waktu kunjungan mereka. Selain menonton film, pengunjung dapat menikmati fasilitas interaktif seperti Al generative
painting, ruang tunggu dengan berbagai informasi sejarah, serta berfoto bersama avatar Al tokoh
KAA. Kehadiran avatar ini juga menjadi bagian unik dalam seremoni peresmian.
"Museum Lotus membuka ruang baru bagi berbagai kalangan untuk menikmati sejarah dengan kalangan untuk meneneliti, hingga cara berbeda. Mulai dari pelajar, wisatawan lokal maupun internasional, peneliti, hingga content creator dapat menemukan pengalaman yang edukatif sekaligus inspiratif di dalamnya. Kehadiran wahana ini diharapkan dapat menumbuhkan minat terhadap literasi sejarah, memperkaya wisata edukasi, serta menjadi contoh pemanfaatan teknologi Al dalam pelestarian nilai-nilai sejarah," sambungnya.
Hadir dalam peresmian Museum Lotus ini, perwakilan TGAA, tim Curaweda, mitra akademisi dan peneliti sejarah, perwakilan pemerintah daerah. Kehadiran museum ini diharapkan menjadi warna baru bagi wisata edukasi di Jawa Barat melalui pengalaman yang menggabungkan teknologi terkini dengan warisan sejarah bangsa. (E-2)