Militer Israel mengerahkan tank dan pesawat untuk membombardir Gaza yang sebagian besarnya kini telah menjadi reruntuhan. Aksi itu dilakukan semalaman dan menewaskan sebanyak 20 orang.
Mengutip Reuters, Selasa (12/8), serangan itu terjadi di saat Pemimpin Hamas Khalil Al-Hayya dijadwalkan tiba di Kairo guna menghidupkan kembali rencana gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat (AS).
Rencana ini sebelumnya berakhir buntu usai perundingan panjang di Qatar pada akhir Juli lalu.
Terkait serangan, saksi mata dan petugas medis mengatakan pesawat dan tank Israel menggempur distrik timur Gaza City semalam, Senin (11/8). Serangan itu menewaskan tujuh orang di dua rumah di pinggiran Zeitoun dan empat orang di sebuah gedung apartemen di pusat kota.
Di selatan, lima orang, termasuk sepasang suami istri dan anak, tewas akibat serangan udara Israel ke sebuah rumah di kota Khan Younis. Kemudian empat orang lainnya tewas akibat serangan udara di sebuah perkemahan pengungsian di dekat Mawasi.
Israel pun menyebut tengah menyelidiki korban-korban yang sipil yang berjatuhan akibat serangan itu. Sebab menurut mereka, telah dilakukan antisipasi agar tak ada korban sipil sebelum melancarkan serangan tersebut.
Mereka juga mengatakan pasukannya telah menewaskan puluhan militan di Gaza utara selama sebulan terakhir dan menghancurkan lebih banyak terowongan yang digunakan oleh militan di daerah tersebut.
Israel berencana kuasai Gaza yang semakin terpuruk
Israel sendiri mengatakan akan melancarkan serangan baru guna merebut kendali penuh Gaza City. Belum diketahui pasti kapan rencana itu akan dilaksanakan, namun disebut akan terlaksana pada bulan Oktober mendatang.
Rencana dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu itu pun langsung mendapatkan kecaman global, terutama memperburuk kehancuran di wilayah tersebut dan krisis kelaparan yang menyebar di antara populasi Gaza yang sebagian besar kehilangan rumah--jumlahnya lebih dari dua juta jiwa.
Di dalam negerinya sendiri, kecaman datang dari keluarga korban sandera yang sampai saat ini masih ditahan pihak Hamas. Menurut mereka ini hanya akan mengorbankan nyawa sanak saudara yang masih ditawan.
Adapun terkait kelaparan di Gaza, dalam 24 jam terakhir telah ada 5 orang--dua di antaranya anak-anak--yang meninggal karena malnutrisi. Akibat kematian baru ini, angka kematiannya menjadi 227, termasuk 103 anak-anak, sejak 7 Oktober 2023. Israel membantah laporan dari Kementerian Kesehatan Hamas.