Jakarta, CNBC Indonesia - Moskow mulai melirik kemungkinan kemitraan segitiga dengan dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat dan China, dalam proyek minyak dan gas di kawasan Arktik yang kaya sumber daya namun belum sepenuhnya digarap.
Sinyal tersebut disampaikan Kirill Dmitriev, penasihat Presiden Vladimir Putin untuk urusan ekonomi internasional sekaligus CEO Russian Direct Investment Fund (RDIF), pada Selasa (2/9/2025) di Beijing.
Dmitriev menekankan bahwa Rusia tidak menutup pintu terhadap keterlibatan Washington dalam kerja sama energi di masa depan, meskipun hubungan politik kedua negara kerap tegang. Ia menilai, keuntungan ekonomi akan jauh lebih besar apabila Rusia, China, dan Amerika bersedia menjalin investasi bersama, khususnya di sektor energi strategis Arktik.
"Proyek Rusia-China sedang berjalan saat ini. Proyek Rusia-Amerika pernah berlangsung di masa lalu dan berpotensi kembali terjadi di masa depan," ujar Dmitriev, dikutip dari RT.
Menurutnya, peluang kemitraan tiga arah, termasuk di sektor energi Arktik, terbuka lebar.
"Rusia sedang mempertimbangkan peluang Rusia-China-Amerika, termasuk di Arktik dan sektor energi. Investor bisa mendapatkan nilai lebih dengan bergabung. Selain itu, investasi bersama dapat menjadi elemen penstabil bagi interaksi politik di masa depan," tegas Dmitriev.
Sejauh ini, China telah menanamkan modal lebih dari 700 miliar rubel atau sekitar US$8,7 miliar dalam lebih dari 50 proyek yang difasilitasi RDIF. Kerja sama itu dinilai sebagai wujud eratnya hubungan ekonomi kedua negara yang selama ini berjalan paralel dengan kemitraan strategis di tingkat geopolitik.
Dmitriev sendiri memainkan peran sentral dalam upaya normalisasi hubungan dengan Washington sejak Presiden Donald Trump menjabat pada Januari lalu. Ia berulang kali menekankan bahwa potensi ekonomi, terutama di Arktik yang kaya energi, bisa menjadi jembatan untuk mengatasi perbedaan politik yang menghambat kerja sama kedua negara.
Sementara itu, hubungan Rusia dan China dipandang semakin kokoh karena dilandasi visi bersama. Kedua negara menyebut aliansinya sebagai pilihan strategis jangka panjang.
Presiden China Xi Jinping dalam KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization/SCO) pekan ini menegaskan kembali komitmen Beijing untuk mendorong tatanan dunia multipolar yang lebih adil.
Xi menyampaikan pandangan tersebut di hadapan para pemimpin dari Asia, Eropa Timur, hingga Timur Tengah. Putin juga hadir dalam pertemuan itu, menegaskan posisi Rusia yang ingin memperkuat jejaring internasionalnya di luar poros tradisional dengan Barat.
Di sisi lain, Washington di bawah pemerintahan Trump tetap menempatkan China sebagai rival geopolitik utama. Para pejabat Gedung Putih kerap menuding pemerintah sebelumnya membuat kesalahan dengan mendukung Kyiv sehingga mendorong Moskow kian dekat dengan Beijing.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Ketua Komisi XII DPR Apresiasi Upaya Bawa Investasi Migas dari Rusia