Pengunjung berada di Mal Kuningan City, Jakarta, Kamis (14/8/2025). Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) melihat fenomena Rojali (rombongan jarang beli) di pusat perbelanjaan bukan masalah besar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) melihat fenomena Rojali (rombongan jarang beli) di pusat perbelanjaan bukan masalah besar. Menurut Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah, hal terpenting saat ini adalah bagaimana menarik pengunjung untuk datang ke pusat perbelanjaan terlebih dahulu.
"Rojali itu enggak apa-apa. Yang penting datang dulu, kita sepakat itu," ujar Budihardjo di Jakarta pada Kamis (14/8/2025).
Ia mengatakan tugas para peritel adalah membuat pengunjung yang sudah datang mau berbelanja. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai strategi, seperti membuat promosi, memberikan diskon menarik, atau menciptakan pengalaman berbelanja yang tidak terlupakan.
Para pengusaha memahami bahwa kondisi ekonomi saat ini membuat masyarakat lebih selektif dalam berbelanja. Oleh karena itu, Budihardjo berharap ada kolaborasi di seluruh sektor untuk mendorong transaksi.
"Minimal minum deh, beli ciki-lah ya. Karena situasi, kita tahu saat ini sangat susah mendatangkan orang (ke pusat perbelanjaan) setelah Covid," kata dia.
Sejalan dengan pandangan Hippindo, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso juga menanggapi fenomena Rojali. Menurutnya, salah satu solusi terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan menerapkan strategi omnichannel, yaitu mengintegrasikan penjualan luring (offline) dan daring (online). Budi menjelaskan Rojali adalah hal yang wajar karena konsumen memiliki kebebasan untuk memilih di mana mereka ingin berbelanja, baik di toko fisik maupun melalui e-commerce.
Dengan pesatnya perkembangan digital, Mendag berharap toko fisik juga memiliki toko daring. Ia mengamati, banyak masyarakat yang datang ke toko fisik untuk melihat produk secara langsung, namun kemudian memutuskan untuk melakukan pembelian secara daring. Oleh karena itu, bagi peritel, keberadaan toko fisik dan toko daring tidak perlu dipisahkan, melainkan harus saling melengkapi.