TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menggelar konvensi sains, teknologi, dan industri selama tiga hari pada 7-9 Agustus 2025 di Gedung Sasana Budaya Ganesha atau Sabuga Institut Teknologi Bandung (ITB). Menurut Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi Brian Yuliarto dalam pidatonya, konvensi dengan mengumpulkan lebih dari 2.000 orang saintis ini adalah sebuah momentum besar yang pertama kali dilakukan bangsa ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Konvensi ini merupakan inisiatif presiden (Prabowo Subianto) untuk mempertemukan mengumpulkan para peneliti dan guru besar khususnya bidang STEM untuk sama-sama menyamakan visi berkontribusi memajukan bangsa dan negara Indonesia,” katanya, Kamis 7 Agustus 2025. STEM singkatan dari sains, teknologi, engineering atau teknik, dan matematika.
Menurut Brian, konvensi ini merupakan ruang strategis untuk mempertemukan kekuatan ilmu pengetahuan, riset, inovasi, daya cipta industri, dan juga ketegasan arah kebijakan negara. “Sebagai wujud tekad kita bersama menjadikan sains dan teknologi sebagai salah satu senjata perjuangan bangsa,” ujarnya. Konvensi ini juga dilaksanakan sebagai salah satu peringatan hari Kebangkitan Teknologi Nasional 10 agustus 2025.
Brian mengatakan peserta konvensi yang hadir lebih dari 2.200 orang. Sebanyak 1.066 orang adalah peneliti unggul STEM dari seluruh Indonesa. Kemendiktisaintek memilih para peneliti yang aktif dan produktif. Kemudian mengundang juga 401 rektor dan wakilnya dari perguruan tinggi negeri serta swasta, 351 dosen STEM di Jakarta dan Jawa Barat, 26 orang diaspora Indonesia yang sedang berada di luar negeri, 171 mahasiswa doktor bidang STEM, 150 guru besar dan Senat ITB, serta lebih dari 250 orang yang berasal dari 18 kementerian dan lembaga, 15 BUMN serta 54 perwakilan dari kalangan industri yang terkait riset dengan perguruan tinggi.
Dari laman Kemendiktisaintek, konvensi itu mempertemukan berbagai kalangan untuk mempercepat transformasi ekonomi nasional berbasis sains dan teknologi. Selain ilmuwan, forum akan diikuti oleh teknokrat, pimpinan badan usaha milik negara, pelaku industri strategis nasional, pengambil kebijakan tingkat tinggi, hingga diaspora Indonesia.
Bahasan dalam konvensi terkait dengan integrasi riset pendidikan tinggi dan industri dalam delapan sektor prioritas, yakni pangan, energi, kesehatan, pertahanan, maritim, hilirisasi dan industrialisasi, digitalisasi termasuk kecerdasan buatan (AI) dan semikonduktor, serta material dan manufaktur maju. Topiknya berdasarkan kebutuhan strategis Indonesia menuju kemandirian teknologi dan peningkatan daya saing global.
Kegiatan konvensi selama tiga hari meliputi sesi diskusi panel, executive session bersama jajaran kementerian dan lembaga strategis, sesi berbagi dari para peraih hadiah Nobel dan akademisi dunia, pameran hasil riset dan inovasi industri, serta penghargaan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Award untuk institusi riset dan karya ilmiah terbaik. Para peraih Nobel yang dijadwalkan hadir seperti Konstantin Novoselov dari National University of Singapore di hari pertama konvensi, kemudian Brian Schmidt asal Australian National University di hari kedua.
Pembicara lainnya yaitu dari kalangan cendekiawan seperti Chennupati Jagadish dan Lam Khin Yong. Dari para pembantu presiden antara lain Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, serta Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsoeddin.