
Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso, menegaskan bahwa dirinya akan bereinkarnasi dan meneruskan ajarannya. Ia menyinggung jiwa penerusnya tidak akan lahir di wilayah China dan menegaskan menolak campur tangan pemerintah Beijing dalam proses penentuan reinkarnasinya.
Dikutip dari Reuters (2/7), pernyataan itu disampaikan Dalai Lama melalui pesan video dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-90 di Dharamshala, India, yang dihadiri lebih dari 100 biksu berjubah merah marun, jurnalis internasional, serta pendukungnya termasuk aktor Hollywood, Richard Gere.
Pernyataan ini sekaligus mengakhiri spekulasi bahwa lembaga Dalai Lama akan berhenti setelah kematiannya.
“Saya menegaskan bahwa institusi Dalai Lama akan terus berlanjut,” ujarnya, seraya menyatakan bahwa lembaga nirlaba miliknya, Gaden Phodrang Trust, akan menjadi satu-satunya pihak yang berwenang menentukan reinkarnasinya--berkonsultasi dengan kepala tradisi Buddha Tibet.
“Mereka harus menjalankan prosedur pencarian dan pengenalan sesuai tradisi lama. Tidak ada pihak lain yang memiliki wewenang untuk mencampuri hal ini,” tambahnya.
Alasan Reinkarnasinya Tak Lahir di China

Salah satu alasan utama Dalai Lama menolak kemungkinan reinkarnasi di wilayah Tiongkok adalah karena dirinya telah dicap sebagai separatis oleh Pemerintah Beijing--tepatnya pada Maret 2025--karena dianggap sebagai simbol perjuangan kemerdekaan Tibet.
Namun, mengutip CNN (2/7), Dalai Lama Tenzin disebut telah lama meninggalkan tuntutan kemerdekaan penuh. Ia menawarkan pendekatan “jalan tengah” agar Tibet dapat memperoleh otonomi budaya, agama, dan identitas.
Pandangan ini ditegaskannya kembali pada 2008, sebagaimana tertuang dalam laman resmi Dalai Lama: "Kami tidak mencari kemerdekaan."
Pada bulan yang sama ketika pemerintah China menyebut dirinya separatis, Dalai Lama ke-14 kembali menegaskan bahwa ia tidak akan bereinkarnasi di China, termasuk Tibet yang kini menjadi bagian dari wilayah negara tersebut. Dalam bukunya berjudul Voice for the Voiceless, ia menyebut bahwa reinkarnasinya hanya akan terjadi di “dunia bebas.”
Gyatso hingga kini masih hidup dalam pengasingan di India. Ia melarikan diri dari Tibet pada 1959, menyusul kegagalan pemberontakan masyarakat Tibet terhadap pendudukan China yang dimulai sejak 1950--otoritas mereka kala itu memerintahkan Dalai Lama untuk ditangkap.
China Ancam Intervensi

Pemerintah China tidak setuju dengan pernyataan Dalai Lama ke-14 terkait reinkarnasi tersebut. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan reinkarnasi Dalai Lama harus menggunakan metode Guci Emas.
“Reinkarnasi Dalai Lama, Panchen Lama, dan tokoh Buddha besar lainnya harus dipilih dengan cara diundi dari Guci Emas dan disetujui oleh pemerintah pusat,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dikutip AFP, (2/7).
Pernyataan Mao menegaskan kembali posisi resmi Beijing, yang telah lama menyatakan bahwa pemerintah pusat memiliki kewenangan akhir dalam proses reinkarnasi pemimpin spiritual tertinggi Buddha Tibet.
Guci Emas ialah sebuah sistem undian yang diperkenalkan Dinasti Qing pada abad ke-18 untuk memilih reinkarnasi tokoh Buddhis. Dalam metode ini, nama-nama kandidat ditulis dalam gulungan kecil dan diundi dari sebuah guci emas. Metode ini pernah digunakan dalam pemilihan Dalai Lama ke-11 pada 1808.
Namun, otoritas spiritual Tibet tidak menganggap metode ini sah. Dalam laman resminya, Dalai Lama menyebut Golden Urn bertentangan dengan praktik tradisional yang mengandalkan intuisi spiritual dan visi mistis. Dalai Lama ke-14 secara tegas menolak metode ini dan menyatakan bahwa penerusnya hanya dapat ditentukan oleh komunitas Buddhis Tibet yang otoritatif--bukan oleh negara atau lembaga politik mana pun.
Langkah Intervensi China

Mengutip Center for Strategic Dialogue and Research (CSDR), salah satu intervensi paling mencolok terjadi pada Mei 1995, ketika seorang anak laki-laki berusia enam tahun yang ditunjuk oleh Dalai Lama sebagai Panchen Lama diculik oleh otoritas China. Hingga kini, nasibnya tidak diketahui. Beijing kemudian menunjuk versi mereka sendiri atas Panchen Lama--Gyaltsen Norbu, yang ditolak oleh banyak umat Buddha Tibet.
Panchen Lama adalah tokoh spiritual tertinggi kedua dalam hierarki Buddhisme Tibet setelah Dalai Lama. Ia dianggap sebagai reinkarnasi dari Amitabha Buddha (Kalau Dalai Lama adalah Avalokiteshavara Buddha) dan memiliki peran penting dalam menemukan dan mengesahkan reinkarnasi Dalai Lama yang baru--begitu pula sebaliknya. Kedua tokoh ini memiliki hubungan spiritual yang saling melengkapi dalam tradisi Tibet. Sosoknya sekarang berada di urutan ke-11.
Tak hanya itu, sejak 2007, pemerintah China menerapkan regulasi yang mewajibkan semua tokoh reinkarnasi agama Buddha untuk mendapat persetujuan dari otoritas negara.
Proses ini disebut Regulasi No. 5 dan dijadikan dasar hukum untuk intervensi spiritual, sebuah langkah yang dianggap bertentangan dengan prinsip keyakinan dalam Buddhisme Tibet.
Aturan ini mewajibkan semua reinkarnasi tokoh Buddha Tibet, termasuk Dalai Lama, untuk mendapatkan persetujuan dari otoritas negara melalui prosedur administratif yang ketat. Dalam praktiknya, hal ini memberi pemerintah China kekuasaan untuk menyaring, menyetujui, atau bahkan menunjuk sendiri reinkarnasi pemimpin spiritual.
Dalai Lama secara terbuka menolak regulasi ini karena dinilai mencampuri urusan keagamaan dengan kekuasaan negara, serta bertentangan dengan prinsip inti Buddhisme Tibet di mana proses reinkarnasi didasarkan pada tanda-tanda spiritual dan pengakuan oleh komunitas rohani, bukan melalui persetujuan birokratis pemerintah.
Ia menegaskan bahwa “tidak ada otoritas duniawi” yang dapat mengatur reinkarnasi Dalai Lama, dan bahwa otoritas spiritual tetap berada di tangan tradisi agama, bukan negara.
Mao membantah aturan itu dibuat sebagai upaya agar agama itu lebih bersifat China, namun sebagai bentuk agar kelangsungan hidup dan perkembangan disesuaikan dengan lingkungan sosial dan tradisi budaya suatu negara.
"Buddhisme Tibet lahir di Tiongkok dan mengusung karakteristik Tiongkok," katanya.