Ragam Cerita Pembelot Korut: Ditembak Kalau Ketahuan Nonton Drakor, Sulit Mandi

1 month ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Warga menghadiri pertunjukan budaya dalam rangka peringatan 71 tahun gencatan senjata Perang Korea di Pyongyang, Korea Utara, Sabtu (27/7/2024). Foto: KCNA/via REUTERSWarga menghadiri pertunjukan budaya dalam rangka peringatan 71 tahun gencatan senjata Perang Korea di Pyongyang, Korea Utara, Sabtu (27/7/2024). Foto: KCNA/via REUTERS

Seorang pembelot Korut, Choi Min-kyung, menggugat Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un dan 4 pejabat lainnya atas penyiksaan dan pelecehan seksual yang dialaminya selama ditahan di sana. Ia ditahan selama 5 bulan di berbagai lokasi, bahkan menderita PTSD parah dan masih bergantung pada pengobatan.

Meski Choi menjadi orang pertama yang menggugat rezim Korut, cerita serupa seperti yang dia alami ada banyak.

Dikutip dari Yonhap, Jumat (11/7), warga yang ketahuan menonton atau mendistribusikan drama Korsel (drakor) bisa dihukum mati. Seorang pembelot Korut, Kim Il-hyuk, mengungkapkan pernah melihat orang yang dia kenal ditembak mati karena mendistribusikan drakor hingga musik K-Pop.

"Seorang laki-laki berusia 22 tahun, yang saya kenal, dieksekusi oleh regu tembak di publik karena mendistribusikan 3 drakor dan 77 lagu K-Pop," kata Kim saat mengungkapkan kisahnya di Kantor HAM PBB, Seoul, 25 Juni 2025.

Pembelot Korut lainnya yang tidak ingin disebutkan namanya menyebut rezim Korut menganggap Korean Wave sebagai ancaman terhadap negara.

 Matheus Marsely/kumparanIlustrasi nonton drama Korea. Foto: Matheus Marsely/kumparan

"Korut mulai menerapkan hukuman semacam itu [eksekusi mati], memandang drama Korsel sama berbahayanya seperti narkoba. Rezim melihat hal-hal itu sebagai ancaman, karena Korean Wave telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap masyarakat Korut," ungkapnya, dikutip dari The Korea Herald.

Beberapa bulan sebelumnya, dalam forum yang digelar oleh Kementerian Unifikasi di Seoul, pembelot Korut lainnya mengungkapkan sulit untuk mandi saat masih hidup di negara yang terisolasi itu.

"Saya memakai riasan wajah dan berpergian di Korsel, tapi teman-teman saya di Korut bahkan tidak bisa mandi maupun memakai riasan wajah. Sejumlah teman saya bau karena mereka tidak bisa mandi, tapi kami hidup memahami satu sama lain," kata Noh Jin-hae.

Noh yang membelot dari Korut pada 2019 mengungkapkan meski keluarganya di Korut hidup berkecukupan berkat ayahnya, tapi mandi merupakan sebuah kemewahan. Keluarganya harus berbagi air yang diambil dari luar hanya untuk mandi.

"Sepulang sekolah, beberapa teman akan pergi ke gunung untuk mengumpulkan tanaman atau menjualnya," ujarnya.

Tak hanya itu, Noh juga mengungkapkan para siswa di Korut dipaksa membersihkan patung Kim Il-sung meski cuaca sangat dingin.

Orang-orang menari untuk memperingati 10 tahun pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memimpin Partai Pekerja Korea (WPK) yang berkuasa, di Pyongyang, Korea Utara, Senin (11/4/2022). Foto: KCNA via REUTERSOrang-orang menari untuk memperingati 10 tahun pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memimpin Partai Pekerja Korea (WPK) yang berkuasa, di Pyongyang, Korea Utara, Senin (11/4/2022). Foto: KCNA via REUTERS

Masih Dicap Negatif karena Status 'Pembelot' Korut

Sementara itu, hampir 60% pembelot Korut meyakini perlunya mengubah terminologi resmi yang menyebut mereka 'pembelot Korut'. Hal ini terungkap dari survei yang dilakukan Institut Korea untuk Unifikasi Nasional (KINU).

Dalam survei yang dipublikasikan pada Juli 2024, KINU melaporkan bahwa 58,9% dari 505 pembelot Korut berusia antara 18 tahun ke atas yakin istilah tersebut harus diubah. Sementara 28,9% menilai istilah itu tak perlu diubah, dan 12.2% sisanya masih belum memutuskan.

Saat ditanya alasan mengubah istilah tersebut, 62,1% menyebut istilah itu menimbulkan kebingungan dan perspektif negatif. 19% lainnya menilai perubahan istilah seharusnya tidak hanya mencakup pada mereka yang datang dari Korut ke Korsel, tapi juga keluarga dan anak-anak mereka.

Read Entire Article