
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot mendesak Israel mengizinkan jurnalis asing masuk ke Jalur Gaza. Prancis ingin para jurnalis bisa memberitakan situasi Palestina yang sesungguhnya.
"Saya meminta agar pers yang bebas dan independen diizinkan mengakses Gaza untuk menunjukkan apa yang terjadi di sana dan menjadi saksi," kata Barrot dalam wawancara dengan radio France Inter dari Ukraina timur, dikutip dari AFP, Selasa (22/7).
Barrot juga mengatakan nyawa jurnalis lepas di Palestina yang bekerja di Gaza dalam bahaya dan mendesak Israel mengizinkan mereka dan keluarga mereka meninggalkan wilayah pesisir yang diduduki.
Lebih lanjut, Barrot mendesak gencatan senjata segera setelah Israel memperluas operasi militernya ke Deir el-Balah.
"Tidak ada lagi pembenaran bagi operasi militer Israel di Gaza," katanya.
"Ini adalah serangan yang akan memperburuk situasi yang sudah buruk dan menyebabkan pengungsian paksa baru terhadap penduduk dan kami mengutuk sekeras-kerasnya," lanjutnya.
Saat ditanya apakah Prancis akan membantu evakuasi para jurnalis dari Jalur Gaza, Barrot mengatakan negaranya sedang menangani masalah tersebut.
"Kami harap dapat mengevakuasi beberapa rekan jurnalis dalam beberapa minggu ke depan," ujarnya.
Pada Senin (21/7), kelompok jurnalis yang menamakan diri Societe des Journalistes (Perhimpunan Jurnalis) mendesak intervensi segera untuk membantu jurnalis yang bekerja di Gaza.
SDJ mencontohkan salah satu jurnalis lepas yang tinggal bersama keluarganya di Gaza. Jurnalis itu mengungkapkan saudaranya jatuh karena kelaparan.
"Sejak 7 Oktober, Israel melarang akses semua jurnalis internasional masuk ke Jalur Gaza. Dalam konteks ini, pekerjaan jurnalis lepas di Palestina sangat penting untuk memberikan informasi kepada dunia," kata SDJ dalam pernyataannya.
"Tapi, nyawa mereka dalam bahaya. Karena itu, kami mendesak otoritas Israel mengizinkan mereka segera dievakuasi bersama dengan keluarganya," lanjut pernyataan itu.