
PERDANA Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengatakan, kemarin, bahwa ia akan mundur setelah kurang dari satu tahun berkuasa. Ia kehilangan dukungan mayoritas di kedua majelis parlemen.
Pengumuman itu menimbulkan ketidakpastian baru bagi ekonomi terbesar keempat di dunia tersebut. Jepang tengah berjuang melawan kenaikan harga pangan dan menghadapi dampak tarif AS terhadap sektor otomotif vitalnya.
Ishiba mengatakan dalam konferensi pers bahwa Partai Demokrat Liberal (LDP) yang telah lama dominan harus mempersiapkan diri untuk pemilihan pemimpin baru. Ia akan tetap menjabat hingga saat itu.
"Sekarang negosiasi mengenai langkah-langkah tarif AS telah mencapai kesimpulan. Saya yakin inilah saat yang tepat," katanya. "Saya telah memutuskan untuk mundur dan memberi jalan bagi generasi berikutnya," imbuh pria berusia 68 tahun itu.
Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah pada Kamis (4/9) untuk menurunkan tarif pada mobil Jepang. Washington akhirnya bergerak untuk menerapkan pakta perdagangan yang dinegosiasikan dengan Tokyo pada Juli.
Olok-olok
Namun, meskipun otomotif Jepang kini akan dikenakan tarif 15%, alih-alih 27,5% seperti saat ini, pungutan tersebut tetap akan menimbulkan kerugian yang signifikan bagi industri yang krusial ini.
Ishiba sempat berkunjung ke Gedung Putih pada Februari lalu dan mengirim utusan untuk membahas isu perdagangan. Meski demikian, dia dinilai tak seberhasil pendahulunya, Shinzo Abe, yang dikenal dekat dengan Trump.
Gaya kepemimpinan dan sikap pribadi Ishiba disorot. Soalnya, ayah dari dua putri itu hanya menunjuk dua perempuan dalam kabinetnya, turun dari lima di era Fumio Kishida.
Di luar itu, kebiasaannya yang dinilai ceroboh, mulai dari pakaian tuksedonya hingga etika makan, menjadi bahan olok-olok di media sosial. Satu video yang memperlihatkan Ishiba memakan onigiri utuh tanpa menutup mulut menuai komentar pedas. "Dia makan seperti anak berusia tiga tahun," tulis seorang pengguna X seperti dikutip AFP, Minggu (7/9).
Dia diejek pula setelah tertangkap kamera sedang tidur siang di parlemen. Begitu pun saat ia tidak berdiri untuk menyapa para pemimpin dunia lain pada satu pertemuan di Amerika Selatan.
Hasil pemilu
Dianggap sebagai orang yang terpercaya, Ishiba memimpin LDP pada September 2024 dan menjadi orang ke-10 di partai tersebut yang menjabat sebagai perdana menteri sejak 2000. "Kami telah berganti perdana menteri berkali-kali," kata Yuri Okubo, 25, berbicara dari suatu taman di Tokyo pada suatu sore yang panas. "Saya khawatir siapa pun perdana menteri yang baru nanti, tidak akan ada yang berubah."
Para penentang Ishiba telah mendesaknya untuk mundur guna bertanggung jawab atas hasil pemilu yang buruk. Ini menyusul kinerja partai yang anjlok dalam pemungutan suara di majelis tinggi pada Juli.
Pemilu majelis rendah pada Oktober 2024 menyaksikan LDP mengalami hasil terjeleknya dalam 15 tahun. Laporan media sebelumnya mengatakan bahwa Ishiba ingin menghindari perpecahan di dalam partai. Ia merasa tidak mampu menahan seruan yang semakin meningkat agar ia mengundurkan diri.
Menteri pertanian dan mantan perdana menteri dilaporkan bertemu dengan Ishiba pada Sabtu (6/9) malam untuk mendesaknya mengundurkan diri secara sukarela. Empat pejabat senior LDP, termasuk orang nomor dua partai, Hiroshi Moriyama, menawarkan diri untuk mengundurkan diri pekan lalu.
Saingan menonjol
Masa jabatan Ishiba sebagai pemimpin partai seharusnya berakhir pada September 2027. "Meskipun berusaha mengakomodasi banyak orang dan memupuk keharmonisan, upaya tulus saya justru menghilangkan jalur khusus saya," kata Ishiba.
Ia tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan pemimpin partai. Saingannya yang paling menonjol, nasionalis garis keras Sanae Takaichi, ialah runner-up dalam pemilihan pemimpin terakhir. Takaichi mengatakan pada Selasa (2/9) bahwa ia akan mencalonkan diri.
Survei Nikkei yang diadakan pada akhir Agustus menempatkan Takaichi sebagai penerus Ishiba yang paling tepat diikuti oleh menteri pertanian Shinjiro Koizumi. Akan tetapi, 52% responden mengatakan kontes kepemimpinan partai tidak diperlukan.
Setelah pemilu pada Juli, pengguna media sosial menyerukan agar Ishiba yang moderat tetap berkuasa dengan tagar #Ishiba Jangan Berhenti. LDP memerintah hampir terus-menerus sejak 1955, tetapi para pemilih meninggalkan partai tersebut, termasuk kelompok-kelompok pinggiran seperti Sanseito yang populis. Faktor-faktornya meliputi kenaikan harga, terutama untuk beras, penurunan standar hidup, dan kemarahan atas skandal korupsi di dalam LDP.
Ishiba, seorang politikus karier yang gigih, terpilih sebagai pemimpin LDP tahun lalu pada upaya kelimanya dan menjanjikan Jepang baru. Baik Tiongkok maupun Korea Selatan menyambut baik pengangkatannya saat itu dengan harapan akan hubungan yang lebih baik. (I-2)