
Perusahaan Umum (Perum) Perumnas menyatakan komitmennya untuk mendukung program 3 juta rumah. Untuk itu, Perumnas menyediakan lahan seluas 2.000 hektare untuk mendukung program tersebut.
Plt. Direktur Utama Perumnas, Tambok Parulian Setyawati menjelaskan lahan-lahan tersebut tersebar di berbagai wilayah di Indonesia baik di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, sampai Sulawesi.
“Berdasarkan FS (feasible study) kami bisa dibangun sekitar 161.000 unit (rumah) di tas 2.000 hektare. Itu ada 5 program, 4 program utama dan 1 program di skala kecil,” katanya dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat pada Selasa (15/7).
Untuk program pertama, Perumnas memiliki program pengembangan kawasan perumahan skala besar dengan membangun 80.300 unit rumah di atas lahan seluas 1.654 hektare yang tersebar Jawa, Sumatra dan Sulawesi.
Selain itu Perumnas juga memiliki program hunian berbasis Transit Oriented Development (TOD) sebanyak 10.700 unit yang dibangun di atas lahan seluas 62 hektare. Lokasinya berada di DKI Jakarta dan Bogor.
Untuk program ketiga, Perumnas juga memiliki program hunian vertikal sebanyak 12.100 unit yang dibangun di atas lahan seluas 9 hektare di Jakarta.
Selanjutnya ada program penataan kawasan kumuh vertikal dengan revitalisasi 37.600 unit rusun di atas lahan seluas 37 hektare yang ada di Sumatra Selatan dan Jakarta.

Terakhir ada program pengembangan perumahan pada lahan skala kecil dengan membangun 20.300 unit hunian di atas lahan kecil dengan total luas 238 hektare.
Lahan tersebut tersebar di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan sampai Sulawesi. Rumah-rumah yang dibangun lewat program tersebut juga mayoritas ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Jadi memang kami bangun MBR bukan kelas menengah-menengah atau menengah-atas tapi MBR, 54 persen itu MBR,” ujar Tambok.
Untuk hunian tapak subsidi, harga yang dijual Perumnas berkisar dari Rp 166 juta-Rp 185 juta dengan bunga subsidi 5 persen sehingga angsuran ada di kisaran Rp 985 ribu-Rp 1 juta per bulan selama 20 tahun.
Sementara hunian tapak non subsidi dijual di angka Rp 250 juta-Rp 555 juta dengan bunga 9 persen. Dengan begitu angsurannya ada di kisaran Rp 2 juta sampai Rp 4 juta selama 20 tahun.
Untuk hunian vertikal, per unitnya Perumnas menjual di kisaran Rp 345 juta-Rp 499 juta. Angsuran yang bisa dijalani adalah Rp 2,1 juta-Rp 3 juta per bulan selama 20 tahun.
Agar lebih terjangkau, saat ini Perumnas juga sedang membahas skema-skema keterjangkauan dengan pihak terkait.
“Dukungan lain untuk keterjangkauan, kami juga memikirkan untuk keterjangkauan, kami masih dalam bentuk usulan baik ke PKP maupun kepada OJK karena ini menyangkut produk yang harus dikeluarkan oleh perbankan,” kata Tambok.