Illustrasi wisatawan di salah satu destinasi wisata DIY, Malioboro.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo sedang menyiapkan langkah penertiban pengamen di kawasan Malioboro menjelang peringatan Hari Jadi Kota Yogyakarta pada Oktober 2025. "Memang kami akan menertibkan Malioboro, ya. Karena nanti hari jadi Kota Yogyakarta pada Oktober itu juga akan banyak perubahan, harapan saya ada perubahan-perubahan dan praktik baik yang terjadi di Sumbu Filosofi," kata Hasto Wardoyo di Yogyakarta, Selasa (12/8/2025).
Ia menyebut upaya penertiban itu merupakan bagian merawat kawasan Sumbu Filosofi yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia sebagaimana arahan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Penertiban akan dilakukan selama dua hingga tiga bulan ke depan sesuai skenario yang tengah disiapkan.
"Saya berilah waktu untuk menertibkan ini, sekarang ini mulai ya, dua bulan ke depan sampai, tiga bulan sampai Oktober itu," ujarnya.
Kendati dimungkinkan pengamen masih tetap ada, Hasto memastikan keberadaan mereka tidak lagi mengganggu kenyamanan wisatawan di kawasan Malioboro. "Bukan lagi pengamen yang ngejar-ngejar pembeli. Kan bisa dimodifikasi hanya naruh (kotak donasi) secara pasif, misalnya gitu. Kalau dikasih ya syukur, kalau enggak dikasih ya enggak apa-apa, kan bisa diatur," kata dia.
Selain itu, ada pula wacana untuk membina pengamen dengan menempatkan mereka hanya di titik-titik tertentu dengan dukungan anggaran dari pemerintah kota. "Dalam arti ada anggaran dari Dinas Kebudayaan atau apa untuk memberikan pembiayaan di titik itu, sehingga dia enggak usah ngejar-ngejar pelanggan. Dikasih basic salary misalnya Rp250 ribu atau berapa. Kalau mau, kalau enggak mau ya apa boleh buat, tapi jangan ngejar-ngejar orang. Orang naik kendaraan dikejar, orang makan dikejar, itu yang saya pikirkan," ujar dia.
Hasto menambahkan, penataan aktivitas di Malioboro selaras dengan rencana pembatasan kendaraan bermotor di kawasan tersebut. Ia menyebut kebijakan "full pedestrian" sesuai yang telah dicanangkan di kawasan ikon wisata Kota Gudeg itu belum dapat diterapkan penuh pada tahun ini.
Kendati, akan diupayakan secara parsial sembari menyiapkan infrastruktur pendukung, termasuk fasilitas putar balik di jalan-jalan sirip Malioboro. "Barangkali yang bisa saya lakukan parsial. Tapi harus sudah ada perubahan," tutur Hasto.
sumber : Antara