Pemerintah mengalokasikan anggaran ketahanan energi sebesar Rp 402,4 triliun pada 2026, dengan porsi terbesar untuk subsidi energi yaitu Rp 210,1 triliun. Namun, tak hanya subsidi, Presiden Prabowo Subianto juga menekankan pentingnya insentif untuk mendorong pengembangan energi Tanah Air.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan, dari total anggaran tersebut pemerintah menyiapkan insentif perpajakan dengan nilai mencapai Rp 16,7 triliun.
“Disampaikan oleh Bapak Presiden tadi ada insentif perpajakan. Dan insentif perpajakannya Rp 16,7 triliun,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers RAPBN 2026 dan Nota Keuangan di Jakarta Selatan, dikutip Sabtu (16/8).
Berdasarkan Buku Nota Keuangan dan RAPBN 2026, selain subsidi energi, alokasi anggaran yang cukup besar juga diberikan untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) sebesar Rp 37,5 triliun. Kemudian terdapat anggaran proyek infrastruktur khusus sektor energi yaitu di Rp 4,5 triliun, anggaran listrik desa sebesar Rp 5 triliun, serta dukungan lainnya yaitu berjumlah Rp 0,6 triliun.
“Ini yang masuk di dalam anggaran ketahanan selain subsidi, kompensasi untuk BBM dan listrik maupun berbagai hal yang sifatnya adalah pembangunan baru,” tambah Sri Mulyani.
Dalam Pidato Kepresidenan tentang RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan pada Jumat (15/8), Prabowo menuturkan bahwa seluruh masyarakat dari perkotaan hingga pedesaan harus menikmati energi yang terjangkau dan berkelanjutan melalui berbagai dukungan APBN.
Dukungan tersebut, lanjut dia, yang digunakan untuk penguatan ketahanan energi ditempuh melalui subsidi energi, insentif perpajakan, pengembangan EBT serta penyediaan listrik desa.
Prabowo melanjutkan, pemerintah akan memperkuat ketahanan energi untuk kedaulatan bangsa. Dia meminta ada peningkatan produksi minyak dan gas bumi, menjaga harga energi, serta percepatan transisi menuju energi bersih,
"Subsidi energi harus adil, tepat sasaran. Bukan lagi dinikmati oleh mereka yang mampu. Energi baru terbarukan adalah masa depan," katanya.
Selain itu, Prabowo juga meminta pemerintah harus menggenjot pembangunan pembangkit EBT dari surya, hidro, panas bumi, dan bioenergi. Menurutnya, Indonesia harus menjadi pelopor energi bersih dunia.
"Kita harus capai 100 persen pembangkitan listrik dari energi baru dan terbarukan dalam waktu 10 tahun atau lebih cepat. Saya yakin hal ini bisa dicapai. Dari target dunia 2060 kita bisa mencapainya jauh lebih cepat," tutur Prabowo.