
SEKRETARIS Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengutuk pembunuhan jurnalis Al Jazeera di Gaza akibat serangan Israel. Melalui juru bicara Stephane Dujarric, Guterres menyerukan adanya penyelidikan yang independen dan imparsial atas insiden tersebut.
“Setidaknya 242 jurnalis telah tewas di Gaza sejak perang dimulai. Jurnalis dan pekerja media harus dihormati, dilindungi dan diizinkan bekerja secara bebas tanpa rasa takut maupun pelecehan,” kata Dujarric seperti dikutip DW Selasa (12/8).
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, turut mengecam pembunuhan ini. Dia mengatakan pihaknya mencatat tuduhan Israel bahwa korban merupakan anggota Hamas, namun menegaskan perlunya bukti yang jelas demi menghormati supremasi hukum dan menghindari penargetan terhadap jurnalis.
Jerman juga mendesak Israel memberikan penjelasan lengkap dan transparan terkait kematian jurnalis tersebut. Anas al-Sharif bersama empat rekannya tewas pada Minggu di dekat Rumah Sakit Al Shifa, Gaza timur.
Militer Israel menuduh al-Sharif memimpin sel Hamas, namun tuduhan ini dibantah oleh Al Jazeera dan sejumlah organisasi hak asasi media internasional.
“Israel sekarang diharapkan menjelaskan dengan cara yang paling transparan dan mudah dipahami. Pembunuhan pekerja media sama sekali tidak dapat diterima berdasarkan hukum humaniter internasional,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman.
Dia menambahkan, jika Israel menargetkan individu tertentu, harus ada penjelasan mengapa total lima orang tewas dalam serangan tersebut.
Asosiasi Jurnalis Jerman (DJV) ikut mengecam aksi tersebut. Reporter Tanpa Batas (RSF) sebelumnya pada Juli melaporkan bahwa lebih dari 200 jurnalis telah tewas sejak Israel memulai operasi militernya di Gaza pada Oktober 2023. (H-3)