
Sepasang suami istri di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), viral karena fasih berbahasa Jepang. Video saat keduanya berbincang dengan pengunjung dari Jepang, viral di TikTok dan ditonton ratusan ribu kali.
Angkringan Azis (26) dan Evy (28) berada di Jalan KH Ali Maksum No. 43, Krapyak Kulon, Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Bantul, persis di sisi selatan MA Ali Maksum atau hanya 210 meter di sisi selatan Panggung Krapyak.
Azis mengaku setelah videonya viral, banyak yang bertanya bagaimana bisa ada orang Jepang datang ke angkringannya yang sederhana itu. Selain itu, pembeli yang datang ke angkringannya juga semakin banyak.
Azis dan Evy bahkan menyediakan layanan belajar bahasa Jepang bagi pembelinya.
”Kita juga menyediakan misal mau belajar sambil ngangkring, monggo datang ke angkringan,” kata Azis saat ditemui jurnalis Pandangan Jogja, Sabtu (26/7) kemarin.
Bertemu di Jepang dan Memutuskan Menikah

Aziz bercerita bahwa ia dan istrinya ternyata merupakan eks pekerja migran di Jepang. Azis berangkat ke Jepang pada pertengahan 2019 melalui jalur pelatihan resmi. Sebelumnya, ia menjalani pendidikan bahasa dan budaya kerja selama enam bulan di Klaten dan empat bulan di Jakarta.
“Yang enam bulan di Klaten itu belajar dasar bahasa Jepang dulu. Terus di Jakarta, pelatihannya lebih intens. Semi-militer, disiplinnya ketat, biar siap kerja di Jepang,” ujarnya.
Setelah menyelesaikan pelatihan, Azis ditempatkan di perusahaan otomotif Unifence di Jepang, yang menjadi pemasok komponen kendaraan untuk Honda, Toyota, dan Nissan.
“Awalnya kerja di bagian Honda, bikin CVT buat mobil matic. Di pabrik pertama banyak pakai mesin otomatis, jadi interaksinya sama orang Jepang masih terbatas,” jelasnya.
Pindah ke pabrik kedua, Azis mulai lebih sering berinteraksi dengan rekan kerja asal Jepang.
“Di pabrik kedua itu lebih banyak ngobrol, diskusi bareng orang Jepang. Dari situ kemampuan bahasa Jepang saya benar-benar terpakai. Setiap hari kerja bareng, ya jadi terbiasa ngomong,” ungkapnya.
Selama 5,5 tahun di Jepang, Azis tinggal dan bekerja di dua kota: Hamamatsu (Prefektur Shizuoka) dan Saitama. Ia berperan sebagai operator mesin CNC di sektor industri otomotif.
Di tengah masa tinggalnya, Azis bertemu dengan Evy yang saat itu bekerja sebagai juru masak di sebuah supermarket. Keduanya berkenalan lewat media sosial dan bertemu untuk pertama kali di sebuah stasiun di Kyoto.
“Iseng-iseng Instagram, terus janjian ketemu di stasiun. Beberapa bulan setelah itu saya lamar. Nikahnya pas saya masih tahun ketiga kerja di Jepang,” kata Azis.
Mereka menikah pada akhir 2024 dan memutuskan kembali ke Indonesia untuk melanjutkan usaha angkringan milik keluarga Azis yang telah dirintis sejak 1989. Kini mereka fokus berjualan dan belum berencana kembali bekerja di Jepang.
Memilih Pulang ke Jogja dan Jualan Angkringan

Evy mengaku pengalaman bekerja di Jepang sangat berharga gaji pun lebih besar dari Indonesia. Namun suasana sosial di Indonesia membuatnya merasa selalu ingin pulang ke kampung halaman.
“Ya mungkin gaji di Jepang memang besar, beda jauh dibanding saat (berwirausaha) di Indonesia. Tapi relasi sosial di sana sangat kurang. Hidupnya monoton. Di sini lebih senang, bisa kumpul dengan keluarga dan suami,” ujar Evi.
Angkringan mereka buka setiap hari hingga pukul 01.00 dini hari. Azis menjaga angkringan sejak pukul 07.00 hingga 15.00 WIB, sementara Evy yang mengurusi dapur membantu melayani pembeli pada siang hingga malam hari.
Menu yang disajikan mencakup nasi bungkus, sate-satean, serta aneka gorengan buatan sendiri. Sebagian besar bahan disiapkan langsung oleh Evi di rumah.
Meski sudah menetap kembali di tanah air, keduanya masih rutin berkomunikasi dengan teman-teman di Jepang lewat aplikasi LINE.
“Masih sering komunikasi. Teman-teman Jepang saya sampai sekarang masih suka tanya kabar. Bahasa Jepang saya makin lancar justru pas kerja bareng mereka tiap hari,” tutup Azis.