Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di Gaza kembali meningkat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (10/8/2025) menyatakan bahwa operasi militer terbaru untuk merebut kendali atas Gaza akan dimulai "dalam waktu cukup singkat", di tengah seruan baru dari Dewan Keamanan PBB agar penderitaan warga Palestina segera dihentikan.
Pernyataan itu disampaikan Netanyahu usai kabinet keamanannya pada Jumat menyetujui rencana yang menuai banyak kritik, yakni mengambil alih kendali atas kota terpadat di Jalur Gaza. Ia menegaskan bahwa langkah ini merupakan satu-satunya cara untuk "menuntaskan pekerjaan" dan mengalahkan Hamas demi membebaskan sandera yang ditawan kelompok tersebut.
"Garis waktu yang kami tetapkan untuk operasi ini cukup singkat. Kami ingin, pertama-tama, memungkinkan zona aman dibentuk sehingga penduduk sipil Gaza City dapat mengungsi," ujarnya, dilansir Reuters.
Netanyahu menambahkan bahwa tujuan Israel adalah menciptakan sabuk keamanan di sepanjang perbatasannya, namun "tidak ingin tetap berada di Gaza" karena bukan itu tujuannya.
Meski demikian, warga Palestina menilai zona aman di masa lalu tidak melindungi mereka dari serangan Israel.
Kepala Staf Militer Israel juga telah memperingatkan bahwa memperluas operasi berisiko membahayakan nyawa sandera yang masih ditahan Hamas dan dapat menyeret pasukan ke dalam perang gerilya yang panjang dan mematikan.
Belum jelas kapan operasi ini akan dimulai. Netanyahu mengatakan sasarannya adalah dua kubu pertahanan Hamas yang tersisa, sementara Hamas bersikeras tidak akan melucuti senjata kecuali jika negara Palestina merdeka didirikan.
Restu AS?
Sementara itu, kantor Netanyahu mengungkapkan bahwa pada Minggu malam ia berbicara dengan Presiden AS Donald Trump mengenai rencana Israel mengambil alih kubu-kubu Hamas yang tersisa di Gaza.
Netanyahu juga menyampaikan terima kasih atas "dukungan teguh" Trump. Ia mengatakan Israel bekerja sama dengan Washington untuk meningkatkan aliran bantuan ke Gaza, termasuk melalui jalur darat.
Adapun di markas PBB, perwakilan negara-negara Eropa - Denmark, Prancis, Yunani, Slovenia, dan Inggris - memperingatkan bahwa kelaparan sedang berlangsung di Gaza dan rencana Israel akan memperburuk situasi.
"Memperluas operasi militer hanya akan membahayakan nyawa semua warga sipil di Gaza, termasuk sandera yang tersisa, dan menyebabkan penderitaan lebih lanjut yang tidak perlu," bunyi pernyataan bersama mereka.
Mereka menyebut krisis ini "buatan manusia" sehingga membutuhkan tindakan mendesak untuk menghentikan kelaparan dan mempercepat penyaluran bantuan. Badan-badan kemanusiaan internasional mengatakan kelaparan meluas akibat pembatasan bantuan yang disengaja oleh Israel, tuduhan yang dibantah Israel dengan menyalahkan Hamas dan mengeklaim telah menyalurkan banyak bantuan.
Perwakilan AS di Dewan Keamanan membela Netanyahu, menegaskan komitmen Washington untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan, membebaskan sandera, dan mencapai perdamaian.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ratusan Eks Mossad Teriak, Minta Netanyahu Hentikan Serang Gaza