Musisi yang meninggal dunia pada tahun 1977 itu akan tampil melalui teknologi hologram interaktif yang dipadukan dengan live orchestra dan visual sinematik berstandar internasional.
Konser bertajuk HALIM: The Hologram Concert Experience itu, diprakarsai oleh DNA Production bersama XtendVision International.
"Dia bukan hanya yang terbaik di Mesir tapi juga di dunia, aku selalu memberikan contoh bahwa dia Elvis Presley of Egypt,” ungkap Faical Nouach, CEO XtendVision Intermational di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Faical kemudian memberikan penjelasan soal penggarapan konser tersebut. Kata Faical, pihaknya konser ini berbeda dari pertunjukan hologram lainnya.
Sebab, pihaknya menggunakan pendekatan mendalam terhadap sosok Halim. Untuk menciptakan kesan otentik, tim produksi menggunakan aktor yang mirip secara fisik dengan Halim.
"Kita menggunakan aktor yang menyerupai Halim, yang sangat-sangat mirip mulai dari perawakan dan bentuk wajahnya, kita casting beberapa artis dan jatuh kepada Mahmoud Al Ghandour," jelasnya.
Kendati demikian, dia memastikan bahwa pihaknya sudah mengantongi segala bentuk hak cipta. Katanya, pihak keluarga Halim juga sudah memberikan izin atas gelaran konser tersebut.
"Kami sudah memiliki kontrak terkait copyright langsung dari keluarga Halim, ini penting tentunya untuk menghindari pelanggaran hak cipta," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, CEO DNA Production Rina Novita mengungkapkan target pasar yang dituju atas gelaran konser tersebut.
"Pasarnya kami terus terang nembaknya adalah komunitas Arab yang hampir semua di rumahnya pasti mendengarkan lagu Halim," ungkap Rina.
"Kemudian kami bisa menjadikan diplomasi budaya antara Indonesia dan negara Arab, bisa jadi silaturahmi antara negara-negara Teluk dengan Indonesia," tambahnya.
Bukan hanya itu, dalam gelarannya di Indonesia nanti, Rina meminta agar musisi lokal bisa turut dilibatkan. Hal ini mendapat sambutan positif dari pihak XtendVision International.
"Waktu dia presentasi ke saya yang di London, Jakarta, dan Maroko sama, hanya perbedaan dalam musisi. Di London membawa 70 musisi, di Indonesia saya minta ada musisi dari orang Indonesia," tandasnya.
Abdel Halim Hafez dikenal luas sebagai 'El-Andaleeb El-Asmar' atau The Dark-Skinned Nightinga...