REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, mendorong Kementerian Agama untuk memperkuat materi mitigasi bencana dalam pembelajaran di madrasah, pesantren, dan lembaga pendidikan keagamaan lainnya. Langkah ini bertujuan untuk membentuk kesadaran sejak dini di kalangan pelajar dan komunitas umat beragama. Menko PMK minta lembaga pendidikan keagamaan perkuat edukasi bencana
"Sehingga, membentuk kesadaran sejak dini di kalangan pelajar dan komunitas umat beragama," kata Pratikno saat meluncurkan gerakan KITATANGGUH di Jakarta, Rabu.
Pratikno menegaskan bahwa peran Kementerian Agama sangat strategis dalam mengedukasi pengurangan risiko bencana melalui jalur pendidikan keagamaan. Ia menekankan pentingnya membangun budaya tangguh di masyarakat untuk mengurangi risiko bencana. Langkah-langkah sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon, dan menjaga kelestarian lingkungan dinilai efektif untuk mencegah dampak lebih besar.
"Kegiatan preventif di level masyarakat dan pemerintah harus terus dilakukan, termasuk inovasi teknologi untuk mitigasi bencana," katanya.
Selain itu, Pratikno juga menilai bahwa peran rumah ibadah sangat strategis dalam penanganan bencana. Menurutnya, masjid, gereja, dan fasilitas publik lainnya perlu dirancang agar aman dan nyaman digunakan sebagai tempat evakuasi. "Fasilitas publik juga harus dirancang menjadi tempat untuk shelter yang aman dan nyaman bagi para pengungsi. Sekolah juga demikian dalam situasi emergency," ujarnya.
KITATANGGUH: Program Nasional Kesiapsiagaan Bencana
KITATANGGUH merupakan program nasional yang mengedepankan kolaborasi multi-pemangku kepentingan untuk memperkuat kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana. Program ini mengintegrasikan inovasi teknologi, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta peran aktif pemerintah, swasta, dan komunitas untuk meminimalkan risiko bencana.
"Berdasarkan data dari berbagai sumber yang dikombinasikan dengan analisis AI, kerugian akibat bencana di tahun 2024 mencapai Rp665 triliun," kata Pratikno. Menurutnya, kerugian tersebut mencakup dampak langsung maupun tidak langsung dengan hampir 2.000 kejadian bencana dan lebih dari 8 juta orang terdampak, mayoritas berupa bencana hidrometeorologi. "Kerugian ekonomi langsung sekitar Rp65 triliun. Namun, jika dihitung kerugian tidak langsung, seperti penurunan PDB, gangguan perdagangan, dan produktivitas ekonomi, nilainya jauh lebih besar," ujarnya.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.
sumber : antara