Melania Trump Tulis Surat ke Putin, Singgung Anak yang Diculik Selama Perang

Istri Presiden Donald Trump, Melania Trump, diketahui menulis surat untuk Presiden Rusia Vladimir Putin. Dikutip dari The Guardian, Sabtu (16/8), pejabat Gedung Putih mengatakan surat Melania itu diserahkan Trump kepada Putin saat pertemuan di Alaska.

Pejabat Gedung Putih mengatakan surat itu menyinggung soal anak-anak yang diculik selama perang Rusia-Ukraina. Namun, isi suratnya tidak dijelaskan lebih lanjut.

Puluhan ribu anak Ukraina diculik, dibawa ke Rusia atau ke wilayah yang diduduki Rusia tanpa persetujuan keluarga atau wali keluarga. Ukraina menyebut penculikan itu sebagai kejahatan perang yang memenuhi definisi genosida dalam perjanjian PBB.

Namun, Rusia mengeklaim melindungi anak-anak yang rentan dari zona perang.

Putin telah didakwa oleh Mahkamah Pidana Internasional atas dugaan kejahatan perang berupa deportasi dan pemindahan anak-anak secara ilegal dari wilayah pendudukan Ukraina ke Federasi Rusia.

"Ada alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa Putin memikul tanggung jawab pidana individu," kata isi dakwaan.

Meski Melania tidak hadir di Alaska, namun dia muncul sebagai salah satu pengaruh kuat bagi Trump.

Trump menganggap skeptisisme Melania telah mempertajam pemikiran ulangnya terhadap Putin. Dalam pertemuan dengan Sekjen NATO Mark Rutte pada 15 Juli, dia mengatakan: "Saya pulang, saya memberi tahu Ibu Negara 'Saya berbicara dengan Vladimir hari ini. Kami melakukan percakapan yang luar biasa'. Dia bilang 'Oh ya? Kota lain baru saja diserang'."

Dalam acara di Gedung Putih di hari yang sama, Trump mengatakan: "Saya akan pulang ke rumah, dan saya akan bilang: 'Ibu Negara, saya melakukan pembicaraan yang sangat luar biasa dengan Vladimir. Saya rasa kita sudah selesai'. Dan kemudian saya menyalakan televisi, atau dia akan bilang ke saya 'Wah, aneh sekali karena mereka baru saja mengebom panti jompo'".

Pertemuan Trump dan Putin di Alaska yang bertujuan untuk menyelesaikan perang Rusia-Ukraina berlangsung selama 3 jam. Namun, pertemuan itu tidak menghasilkan pengumuman gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.