DIREKTUR Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Fadhil Alfathan, menyatakan timnya tidak diperkenankan mendampingi ratusan massa aksi yang ditangkap aparat saat unjuk rasa di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senayan, Jakarta, Senin, 25 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
“Akses bantuan hukum tidak diberikan dengan alasan massa aksi masih didata. Tidak begitu jelas maksud mereka mendata itu apa,” kata Fadhil melalui pesan singkat, Selasa, 26 Agustus 2025.
Berdasarkan kronologi, pada pukul 00.05, tim LBH mencoba mencocokkan data penangkapan dengan keterangan orang tua dan pendamping di lapangan. Namun saat mendatangi Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya, akses itu ditolak dengan alasan seluruh peserta aksi masih “didata”.
Sekitar pukul 00.30, aparat menyatakan ada sekitar 400 orang ditahan. LBH kembali mencoba memberikan pendampingan, tetapi ditolak. Upaya serupa dilakukan pukul 01.20, saat tim hukum mencoba masuk ke Unit II Perlindungan Perempuan dan Anak (Renakta), namun tetap tidak diperkenankan.
“Kami dijanjikan bertemu Pamenwas pada pukul 02.40 untuk menjelaskan posisi anak-anak yang ditangkap. Tapi hingga dinihari, janji itu tak ditepati,” kata Fadhil.
Orang tua para peserta aksi yang ditangkap ikut mendesak agar mereka diizinkan melihat langsung kondisi anak-anak. Beberapa pendamping hukum yang sempat menyaksikan menyebut ada peserta aksi dengan wajah lebam dan luka di tubuhnya.
Aksi bertajuk Revolusi Rakyat Indonesia itu diikuti ribuan orang dari berbagai daerah. Salah satu pemicu demonstrasi adalah sorotan publik terhadap kenaikan pendapatan anggota DPR periode 2024–2029 yang melonjak signifikan. Sebanyak 580 legislator memperoleh gaji bersih sekitar Rp 100 juta per bulan setelah ditetapkannya tunjangan perumahan sebesar Rp 50 juta.
Situasi di depan kompleks parlemen sempat memanas pada siang hari. Massa yang kala itu merangsek ke pagar gedung DPR dihalau aparat keamanan. Bentrok pecah ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah kerumunan. Ribuan orang berhamburan ke berbagai arah, sebagian melompati pembatas jalan dan memasuki ruas tol.