
SEBAGAI upaya menjawab tantangan global terkait keberlanjutan, tata kelola dan sertifikasi, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) bekerja sama dengan PT Forestcitra Sejahtera (Mutu Institute) menyelenggarakan Pelatihan Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Batch II yang pada Senin-Sabtu (4-9/8/25) di Hotel Beston Palembang.
Kegiatan tersebut diikuti 123 petani sawit swadaya dari berbagai daerah di Sumatra Selatan. Para peserta diberikan pemahaman mendalam tentang prinsip ISPO, manajemen kelembagaan, pengelolaan lingkungan, praktik pertanian berkelanjutan, serta aspek hukum dan sosial yang berkaitan dengan perkebunan selama enam hari.
Acara dibuka secara resmi Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatra Selatan, Agus Darwa. Dalam sambutannya ia menyampaikan apresiasi kepada Mutu Institute sebagai lembaga pelatihan yang aktif mendukung sumber daya manusia di sektor perkebunan kelapa sawit.
"Saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Mutu Institute sebagai lembaga pelatihan yang telah aktif mendukung pengembangan sumber daya manusia di sektor perkebunan kelapa sawit," ujar Agus Darwa.
Melalui berbagai pelatihan, termasuk ISPO, Mutu Institute ikut mendorong terciptanya tata kelola perkebunan yang profesional, berkelanjutan, dan siap bersaing di tingkat global.
Menurut Agus Darwa, Sumatra Selatan saat ini menempati peringkat ketiga sebagai daerah perkebunan kelapa sawit terbesar di Sumatra, dan peringkat kelima secara nasional.
"Ini adalah potensi besar yang harus kita kelola dengan baik, agar ekspor kelapa sawit kita semakin meningkat dan mampu menembus pasar dunia," sebutnya.
Pelatihan tersebut juga turut dihadiri langsung Direktur PT Forestcitra Sejahtera (Mutu Institute), Wahyu Riyadi. Ia menyatakan komitmennya dalam memperkuat kapasitas petani di lapangan. Menurutnya, hal tersebut merupakan kesempatan besar bagi para petani, karena pelatihan ini merupakan peluang langsung yang diberikan oleh Kementerian Pertanian.
"Jadi, jangan disia-siakan. Harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Kelapa sawit memiliki potensi yang jauh lebih besar dibandingkan minyak nabati dari Eropa. Kegiatan pelatihan ISPO ini dilaksanakan untuk menjamin tata kelola perkebunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta menjadi bukti nyata kepada dunia bahwa kita mampu mengelola sawit secara bertanggung jawab," tandasnya.
Pelatihan yang terlaksana dirancang dengan pendekatan partisipatif, berpusat pada petani, serta mengedepankan pembelajaran aktif. Seluruh sesi dikemas secara dinamis, diskusi kelompok, simulasi, dan praktik lapangan.
Pada hari keempat nantinya, peserta melakukan praktek lapang guna meninjau implementasi penerapan ISPO secara langsung. Di sana, mereka melihat implementasi nyata prinsip ISPO, berdiskusi langsung dengan pengurus koperasi, dan mendapatkan inspirasi praktis untuk diterapkan di kebun masing-masing.
Pendekatan itu dirasa sangat efektif. Para peserta menyebutkan bahwa metode penyampaian yang interaktif membuat mereka lebih mudah memahami materi. Bahkan beberapa dari mereka telah merancang rencana kecil untuk mulai menerapkan prinsip ISPO di kebun dan kelompok tani masing-masing. (MT/E-4)