
PERDANA Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (12/8) kembali menyerukan untuk mengizinkan warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza, di tengah persiapan militer Israel melakukan serangan yang lebih luas di wilayah tersebut.
Seruan serupa sebelumnya, termasuk dari Presiden AS Donald Trump, memicu kekhawatiran warga Palestina dan kecaman internasional karena dianggap sebagai upaya pemindahan paksa.
"Kami tidak mengusir mereka, tetapi kami mengizinkan mereka pergi," kata Netanyahu dalam wawancara dengan penyiar Israel i24NEWS seperti dikutip AFP, Rabu (13/8).
"Beri mereka kesempatan untuk meninggalkan zona pertempuran dan secara umum meninggalkan wilayah itu, jika mereka mau," sambil mengacu pada arus pengungsi di Suriah, Ukraina dan Afghanistan.
Israel telah mengontrol ketat perbatasan Gaza selama bertahun-tahun dan membatasi kepergian penduduk.
"Kami akan mengizinkan ini, pertama-tama di Gaza selama pertempuran, dan kami pasti akan mengizinkan mereka meninggalkan Gaza juga," tambah Netanyahu.
Bagi warga Palestina, upaya semacam itu mengingatkan pada Nakba tahun 1948, ketika ratusan ribu orang dipaksa meninggalkan tanah mereka saat berdirinya Israel.
Netanyahu juga pernah mendukung rencana Trump untuk memindahkan lebih dari dua juta warga Gaza ke Mesir dan Yordania, sementara sejumlah menteri sayap kanan Israel mendorong kepergian sukarela mereka.
Sementara itu, intensitas serangan Israel semakin meningkat. Juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan dalam tiga hari terakhir pemboman Israel makin gencar menggunakan bom, drone dan amunisi berkekuatan tinggi, menewaskan sedikitnya 33 orang pada Selasa. Warga Gaza melaporkan guncangan tanah setiap kali serangan terjadi.
Pada Minggu, serangan udara Israel menewaskan lima karyawan Al Jazeera dan seorang jurnalis lepas di luar sebuah rumah sakit di Kota Gaza. Israel menuduh salah satu korban adalah anggota Hamas.
Perang ini, yang dimulai setelah serangan Hamas pada Oktober 2023 menewaskan 1.219 orang di Israel, telah menyebabkan sedikitnya 61.599 korban jiwa di Gaza menurut Kementerian Kesehatan setempat, angka yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
PBB juga memperingatkan krisis kelaparan akibat terbatasnya bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk.
Netanyahu kini menghadapi tekanan di dalam negeri untuk membebaskan 49 sandera yang masih tersisa, termasuk 27 orang yang diyakini tewas. (Fer/I-1)