
Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap temuan beras produksi PT Food Station Tjipinang Jaya tak sesuai standar mutu. Beras-beras tersebut juga dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Beberapa merek beras premium yang dipasok oleh Food Station seperti Alfamidi Setra Pulen, Beras Premium Setra Ramos, dan lainnya yang disebut tak memenuhi standar mutu telah diuji di lima laboratorium yang berbeda.
“Jika pihak Food Station membutuhkan salinan data hasil laboratorium, silakan menghubungi Satgas Pangan Mabes Polri. Mereka telah memiliki seluruh hasil pengujian dan sedang mendalami temuan ini,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Moch Arief Cahyono dalam keterangan tertulis, Kamis (17/7).
Untuk itu, saat ini Kementan juga mengimbau agar Food Station bisa segera melakukan perbaikan mutu produk beras premiumnya agar sesuai standar agar sesuai dengan harga jual. Saat ini HET beras premium adalah Rp 14.900 per kg.
“Kami mengimbau PT Food Station Tjipinang Jaya dan pihak-pihak terkait untuk segera fokus pada perbaikan mutu produk. Daripada sibuk menangkis isu di media, kami ingin melihat langkah nyata untuk memastikan mutu beras sesuai standar dan harga tetap wajar bagi masyarakat,” ujarnya.

Selain beras Food Station, Arief juga menemukan pengakuan salah satu pemilik toko beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) di media yang mengungkap keberadaan pesanan sebanyak 10 ton beras dari seorang anggota DPRD Jakarta untuk dimasukkan dalam 2.000 karung ukuran lima kilogram. Namun, dalam setiap karung tersebut beras yang dimasukan adalah beras campuran dari berbagai jenis atau oplosan.
Terkait jumlah merek yang melakukan skandal pengoplosan, sebelumnya Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebut berdasarkan investigasi gabungan terdapat 212 merek yang melakukan hal tersebut dari 268 merek yang dijadikan sampel.
Untuk metode pengoplosan, Amran menjelaskan dalam temuan investasi awalnya terdapat 85 persen beras premium yang dijual dengan harga yang tidak sesuai dengan kualitas. Meski begitu Ia juga menuturkan beberapa perusahaan telah kembali menjual beras dengan harga sesuai kualitasnya.
“Ada yang dioplos, ada yang tidak dioplos, langsung ganti kemasan. Jadi ini semua beras curah, tetapi dijual harga premium, beras curah tapi dijual harga medium,” kata Amran.
Ia juga memproyeksi total kerugian masyarakat dengan adanya beras oplosan bisa mencapai Rp 99 triliun.