
Setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anak, termasuk air minum untuk memenuhi kebutuhan cairan dan mineral tubuh, sehingga bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara lebih optimal. Tapi Moms, ternyata air minum yang jernih saja tidak cukup. Galon yang digunakan sebagai wadah penampungan air minum pun harus yang berkualitas.
Faktanya, hingga saat ini, galon isi ulang yang beredar di Indonesia sebagian besar terbuat dari bahan plastik polikarbonat yang mengandung bahan kimia seperti Bisphenol-A (BPA). Berdasarkan data dari Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas), dari 170 juta galon air minum bermerek yang beredar di pasaran, sebanyak 95 persen di antaranya menggunakan kemasan dari jenis plastik keras polikarbonat yang dihasilkan dari proses pengolahan senyawa kimia BPA.
Ternyata, residu BPA yang terdapat pada galon polikarbonat tersebut diketahui rawan luluh ke dalam air dan terminum oleh konsumen. Penggunaan dalam jangka waktu lama, gesekan, goresan, retakan, hingga paparan panas, juga dapat meningkatkan risiko BPA larut ke dalam air.
Menurut Anggota Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), Catherine Tjahjadi, paparan BPA yang terakumulasi di dalam tubuh bisa berdampak pada kesehatan, salah satunya meningkatkan risiko ibu hamil melahirkan anak autis.
"Jadi BPA itu sifatnya merusak hormon Endokrin. Dampaknya menimbulkan penyakit mental,” jelas Catherine.
Ya Moms, senyawa BPA dapat masuk ke tubuh janin yang belum dilahirkan melalui ibu pada saat hamil. Sayangnya, hal ini hanya dapat diketahui ketika anak sudah lahir dan dites ternyata sudah ada kandungan BPA di tubuhnya.
Tambah Catherine, paparan bahan kimia BPA juga dapat meningkatkan risiko kesehatan lain yang tidak bisa dilihat dalam waktu dekat.
“Kalau paparannya sudah banyak, maka larinya ke kanker. Bukan berarti kankernya akan muncul dalam waktu 1 atau 2 tahun, tapi mungkin dalam periode 5 tahun, 12 tahun dan bahkan sampai 20 tahun mendatang,” katanya.
Aturan Pelabelan BPA Masih Terhambat
Komnas PA pun meminta pemerintah sebagai regulator, terutama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan, segera membuat aturan yang tegas terkait informasi BPA.
Meski peringatan para pakar kesehatan tentang bahaya plastik polikarbonat yang mengandung BPA terhadap anak dan balita sudah sering dilakukan, tetapi masih banyak keluarga di Indonesia yang minim informasi tentang bahaya BPA. Ditambah hingga saat ini, pemerintah juga belum menyepakati regulasi yang dikeluarkan BPOM untuk memberi label peringatan tentang bahaya BPA pada AMDK galon guna ulang.
Meski begitu, Anda bisa tetap menghindari risiko paparan BPA dengan memilih produk yang tepat. Salah satunya yaitu galon Le Minerale yang menggunakan kemasan berbahan Polyethylene Terephthalate (PET) dengan kode segitiga no 01, artinya sudah 100 persen bebas BPA.
Berbeda dari galon air lainnya, galon Le Minerale juga memiliki kemasan yang selalu baru dari pabrik sehingga terjamin higienis.
“Kita sebisa mungkin BPA free, karena kita menginginkan anak-anak menjadi generasi yang bagus di kemudian hari, bukan yang ada keterbatasan perkembangan. Kita harus lindungi anak-anak sejak dari awal,” pungkas Catherine.