
PAUS Leo XIV menyerukan agar Israel menghentikan “hukuman kolektif” terhadap penduduk Gaza. “Saya memohon agar gencatan senjata permanen segera tercapai, akses bantuan kemanusiaan difasilitasi, dan hukum humaniter internasional sepenuhnya dihormati,” kata Paus.
Pernyataan itu merujuk pada larangan hukum internasional terhadap hukuman kolektif, penggunaan kekerasan yang sembarangan, dan pemindahan paksa penduduk. Seruannya disambut tepuk tangan dua kali oleh ribuan orang di auditorium Vatikan.
Diketahui, 10 warga Palestina, termasuk dua anak, meninggal akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir, menurut otoritas kesehatan di Gaza, Rabu. Insiden ini menambah jumlah korban kelaparan menjadi sedikitnya 313 orang sejak perang di Gaza dimulai, termasuk 119 anak-anak.
Anak Gaza Kelaparan
Inger Ashing, kepala Save the Children, memperingatkan bahwa anak-anak yang kelaparan di Gaza kini terlalu lemah untuk menangis. “Saat tidak ada cukup makanan, anak-anak menjadi sangat malnutrisi, lalu mati perlahan dan menyakitkan. Inilah kelaparan dalam istilah sederhana,” ujarnya kepada Dewan Keamanan PBB.
Ashing menjelaskan tubuh anak-anak yang kelaparan pertama-tama mengonsumsi lemak, kemudian otot dan organ vital, hingga akhirnya melemah total. “Semua orang di ruangan ini memiliki tanggung jawab hukum dan moral untuk menghentikan kekejaman ini,” tegasnya.
Serangan Israel Terus Berlanjut
Meskipun seruan gencatan senjata terus muncul, tank Israel memasuki pinggiran Gaza City semalam, menghancurkan rumah dan memaksa penduduk mengungsi. Serangan juga terjadi di lingkungan Ebad al-Rahman di utara kota, menyebabkan korban luka, sebagai persiapan Israel menghadapi ofensif di Gaza City, yang disebutnya benteng terakhir Hamas.
Dalam 24 jam terakhir, serangan Israel menewaskan sedikitnya 76 orang di Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat. Militer Israel mengklaim telah menumpas infrastruktur teroris dan membunuh Mahmoud al-Aswad, kepala intelijen milisi Hamas untuk wilayah barat Gaza.
Gaza City kini menampung sekitar 1 juta orang, banyak di antaranya mengungsi dari wilayah lain. Israel meminta warga untuk meninggalkan kota, meskipun pemindahan massal semacam ini dianggap ilegal menurut hukum internasional dan memperburuk krisis kemanusiaan.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, menegaskan, “Evakuasi Gaza City tidak terhindarkan,” dan telah menyiapkan wilayah kosong di selatan untuk menampung pengungsi, termasuk tambahan tenda bagi penduduk yang datang. Namun, pemimpin gereja lokal menolak meninggalkan warga, menyebut mereka terlalu lemah dan kekurangan gizi untuk dipindahkan, dan pemindahan bisa menjadi “hukuman mati.”
Diplomasi dan Gencatan Senjata
Israel belum menanggapi proposal gencatan senjata yang didukung AS dan telah disetujui Hamas pekan lalu. Pertemuan kabinet keamanan Israel pada Selasa malam tidak membahas proposal tersebut. Media Israel melaporkan pemerintah Benjamin Netanyahu kini mengutamakan penyelesaian perang secara menyeluruh, termasuk kembalinya semua sandera dan pengusiran Hamas dari Gaza.
Qatar, salah satu mediator, mengecam Israel, menyebut negara itu “tidak ingin mencapai kesepakatan.”
Di AS, Presiden Donald Trump dilaporkan berencana memimpin pertemuan di Gedung Putih untuk membahas masa depan Gaza pasca-perang. Utusannya, Steve Witkoff, mengatakan perang di Gaza diperkirakan akan selesai sebelum akhir tahun dan pertemuan itu akan membahas “rencana sangat komprehensif untuk hari setelah perang.” Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, juga dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar, di Washington. (The Guardian/Z-2)