Polda Jabar mengatakan sebanyak 66 personel Polri mengalami luka-luka selama pengamanan aksi unjuk rasa di Bandung seminggu belakangan ini. Di antara 66 orang yang terluka, 6 di antaranya harus menjalani perawatan di Jakarta karena luka berat.
"Kalau luka berat ada 6 yang harus dirawat ke rumah sakit Jakarta," kata Kapolda Jabar, Irjen Pol Rudi Setiawan, Selasa (2/9).
Rudi menyebut, 6 personel yang mengalami luka berat masih dalam perawatan.
"Enam ada di rumah sakit dan masih dalam perawatan," ujar Rudi.
Aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Jabar dimulai sejak Jumat (29/8) hingga Senin (1/9). Pada Jumat (29/8) terdapat pembakaran Wisma MPR yang berada tepat di seberang Gedung DPRD Jawa Barat.
Selain itu, massa juga masih mencoba menjebol pagar DPRD dengan kayu. Mereka juga membakar pembatas jalan di depan DPRD.
Massa berdemo untuk mengkritik soal tunjangan DPR, mereka juga mendesak agar kasus kematian Affan Kurniawan (21) diusut tuntas.
Affan merupakan pengemudi ojol yang tewas terlindas mobil rantis Brimob Polda Metro Jaya, saat demo berujung ricuh di kawasan Pejompongan, Kamis (28/8).
Sementara itu, aksi unjuk rasa pada Senin (1/9) dihadiri oleh kelompok organisasi Cipayung Plus, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai kampus, dan kelompok masyarakat lainnya.
Pukul 16.00 WIB, aksi unjuk rasa berjalan dengan penyampaian orasi secara bergantian. Terdapat pembakaran ban di tengah jalan, namun berdasarkan pantauan, aksi unjuk rasa berjalan damai.
Sekitar pukul 18.09 WIB, polisi mulai memukul mundur massa dengan water cannon. Pukul 18.25 WIB polisi menembakkan gas air mata sehingga massa berhamburan. Polisi juga melakukan pengejaran terhadap massa aksi.
Pukul 19.00 WIB, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, yang tadinya dipenuhi massa demo, sudah kembali normal. Lalu lintas juga kembali normal.
Demonstrasi merupakan hak warga negara dalam berdemokrasi. Untuk kepentingan bersama, sebaiknya demonstrasi dilakukan secara damai tanpa aksi penjarahan dan perusakan fasilitas publik.