Dengan santai, Jungkook menjawab bahwa dirinya memang tidak bisa menahan gerakan itu, lalu menyebut bahwa ia memiliki 'adult ADHD' atau ADHD pada orang dewasa.
"Rasanya… ini seperti ADHD pada orang dewasa. Aku punya itu. Jadi aku terus bergerak seperti ini," ujar Jungkook dikutip dari Koreaboo, Senin (1/9).
Pernyataan ini sontak membuat banyak penggemar terkejut sekaligus merasa terhubung dengan sang idola. Sebagian ARMY menyambut positif pengakuan Jungkook, karena ia menjadi representasi bagi mereka yang juga hidup dengan kondisi serupa.
Tidak sedikit pula yang berharap, setelah pengakuan ini, orang-orang berhenti mengomentari gerakan atau kebiasaan Jungkook, sebab stimming atau gerakan berulang yang sering dilakukan penderita ADHD, merupakan salah satu cara alami tubuh untuk menenangkan diri.
Dikutip dari laman Mayo Clinic, ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah kondisi gangguan perkembangan saraf yang biasanya ditandai dengan kesulitan untuk memusatkan perhatian, perilaku impulsif, dan rasa gelisah yang berlebihan.
Walaupun sering kali dikaitkan dengan anak-anak, ADHD dapat terus berlanjut hingga dewasa. Pada fase ini, gejalanya mungkin tidak selalu tampak jelas, misalnya hiperaktivitas yang berkurang, tetapi masalah impulsivitas, sulit fokus, dan rasa resah sering kali tetap ada.
Banyak orang dewasa tidak menyadari bahwa mereka memiliki ADHD. Mereka hanya merasa kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari, sering melewatkan tenggat waktu, melupakan janji, atau mudah tersulut emosi. Akibatnya, kondisi ini bisa berdampak besar pada hubungan pribadi, kinerja akademik maupun pekerjaan, hingga kepercayaan diri.
Para ahli menjelaskan bahwa penyebab ADHD belum sepenuhnya dipahami. Faktor genetik berperan cukup besar karena ADHD sering ditemukan dalam keluarga. Lingkungan juga bisa menjadi pemicu, seperti paparan racun saat kecil, serta gangguan perkembangan sistem saraf pada masa awal kehidupan. Risiko ADHD bahkan lebih tinggi jika seseorang lahir prematur atau memiliki ibu yang merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan narkoba selama masa kehamilan.
Dampak ADHD pun bisa meluas pada banyak aspek kehidupan. Penderitanya berisiko menghadapi masalah akademik, kesulitan ekonomi, hingga hubungan yang tidak stabil. Tidak jarang, ADHD juga berkaitan dengan penyalahgunaan zat, kecelakaan lalu lintas, bahkan upaya bunuh diri. Selain itu, ADHD kerap hadir berdampingan dengan gangguan lain, seperti depresi, gangguan kecemasan, maupun gangguan kepribadian. Hal ini membuat penanganan menjadi lebih kompleks.
Jika gejala ADHD membuat hidup terasa sulit, baik dalam pekerjaan, hubungan, maupun aktivitas sehari-hari, sangat penting untuk mencari bantuan profesional. Diagnosis dan penanganan dari dokter atau psikolog yang berpengalaman dapat membantu penderita ADHD menjalani hidup dengan lebih seimbang dan produktif.