
KEBERHASILAN program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) tidak hanya ditentukan oleh kondisi medis perempuan, namun juga dipengaruhi oleh faktor dari pihak pria. Hal itu diungkapkan dokter spesialis andrologi, Androniko Setiawan.
Androniko menjelaskan bahwa kontribusi pria dalam proses IVF memiliki porsi yang sama besarnya dengan perempuan.
Ia menyoroti pentingnya gaya hidup sehat dari calon ayah untuk menjaga kualitas sperma yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan pembuahan.
"Sering kali perempuan yang menjadi pusat perhatian saat menjalani IVF, padahal pria menyumbang 50% faktor keberhasilan. Kualitas sperma
sangat dipengaruhi oleh gaya hidup," katanya.
Beberapa kebiasaan yang sebaiknya dihindari antara lain merokok, mengonsumsi alkohol, serta paparan panas dalam jangka panjang seperti berendam air panas atau penggunaan sauna.
Menurut dia, paparan tersebut dapat menurunkan kualitas sperma secara signifikan.
Dokter yang berpraktik di Brawijaya Hospital Antasari itu menyarankan pendekatan pemeriksaan bersama atau couple screening dalam proses persiapan IVF.
Pemeriksaan secara paralel memungkinkan penilaian komprehensif terhadap kesehatan reproduksi kedua belah pihak, sehingga penanganan bisa dilakukan secara tepat sejak awal.
Pemeriksaan awal pada pria dilakukan dengan analisis sperma menggunakan mikroskop untuk menilai jumlah, bentuk, dan motilitas (pergerakan) sperma.
Selanjutnya dilakukan wawancara medis untuk mengevaluasi frekuensi hubungan seksual dan kemungkinan gangguan fungsi seksual. Jika diperlukan, tahapan pemeriksaan dapat diperluas ke tes genetik, hormon, evaluasi fisik, hingga uji laboratorium lanjutan.
Diskusi ini menegaskan bahwa keberhasilan program IVF tidak hanya bergantung pada teknologi medis, tetapi juga pada komitmen pasangan dalam menjalani perubahan gaya hidup dan menjaga komunikasi yang terbuka.
Peran aktif pria dalam memahami dan menjaga kesehatan reproduksi menjadi elemen penting dalam mendukung keberhasilan program kehamilan dengan bantuan IVF.
Pendekatan yang setara dan dukungan emosional timbal balik dinilai dapat meningkatkan peluang keberhasilan serta mengurangi tekanan psikologis yang kerap dirasakan salah satu pihak dalam proses memperoleh keturunan. (Ant/Z-1)