REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menekankan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang menggunakan bahan pangan lokal bisa lebih efektif dalam memenuhi gizi balita dan ibu hamil jika dilengkapi dengan protein hewani. Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI dr Winra Pratita, Sp.Am M.Ked (Ped) menyampaikan pesan itu karena banyaknya temuan PMT lokal yang komposisinya kurang disesuaikan dengan kebutuhan gizi dan berfokus pada penggunaan produk lokal saja.
"Jadi pilihlah pemberian makanan tambahan yang bahannya ada di daerah masing-masing, tetapi ingat yang mengandung zat nutrisinya yang adekuat tadi, salah satunya protein hewani," ujarnya dalam diskusi daring pada Selasa (12/8/2025).
PMT lokal sendiri merupakan program dari Kementerian Kesehatan yang sudah berjalan sejak 2023. Tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi balita dan ibu hamil demi mencegah dan menanggulangi masalah gizi seperti stunting dan wasting. Program ini biasanya disalurkan melalui posyandu, puskesmas, atau kunjungan rumah oleh kader gizi.
Meskipun niatnya baik, dr Winra mengakui adanya kekeliruan di beberapa daerah. Suguhan PMT yang diberikan terkadang tidak mengandung protein hewani yang sangat penting untuk mengatasi stunting. Dia berharap, hal ini dapat diperbaiki di masa depan agar PMT benar-benar efektif dalam menunjang kebutuhan gizi penerima.
Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K), dalam diskusi yang sama, menjelaskan alasan mengapa protein hewani begitu krusial. Menurutnya, protein hewani mengandung asam amino, zat penting yang berperan besar dalam menangkal stunting. Asam amino berfungsi untuk menyokong perkembangan jaringan otot, tulang, dan organ lainnya. Oleh karena itu, pemberian protein hewani tidak hanya penting dalam PMT lokal, tetapi juga harus diberikan kepada anak sejak mereka memasuki fase Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Dia juga menyebutkan bahwa Indonesia memiliki beragam sumber protein hewani lokal yang bisa dimanfaatkan, seperti telur, ikan laut, ikan tawar, bahkan belalang. Menurut dia, bahan-bahan ini harusnya terus diperkenalkan secara konsisten kepada para ibu, baik melalui edukasi maupun PMT, guna mencegah masalah tumbuh kembang anak.
Dia optimistis melihat angka stunting di Indonesia yang kini sudah di bawah 20 persen, menandakan bahwa stunting bisa dicegah. "Salah satunya disebarluaskan informasi dengan kata kunci protein hewani lokal. Perbanyak konsumsi ikan, telur, hati ayam, unggas, daging sebagainya yang disesuaikan budaya lokal," kata dr Piprim.